Lihat ke Halaman Asli

Tarissa Noviyanti Az Zahra

Halo saya adalah seorang mahasiswa di Indonesia

Mantra Kriya Festival "Ritual" Proses Kreatif Seniman dalam Mewujudkan Estetika

Diperbarui: 25 Juli 2024   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi 

Mantra Kriya Festival 2024 kini kembali hadir lagi dengan tema "RITUAL". Pameran seni kriya ini pada tanggal 20-25 Juli 2024 dan bertempat di Taman Budaya Yogyakata. Pameran ini dibuka untuk umum dan gratis. Selanjutnya, Mantra Kriya Festival 2024 telah resmi dibuka oleh Ibu Dian Lakshmi Pratiwi selaku Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta (Kundho Kabudayaan).

Pada tahun ini, Mantra Kriya Festival menghadirkan 46 karya seniman yang sudah di kurasi oleh tiga dewan juri sebagai berikut.

  • Dr. Arif Suharson, S.Sn., M.Sn.
  • Dr. Sn. Dona Prawita Arissuta, S.Sm., M.Hum.
  • Nurohmad, S.Sn.

Panitia dari Mantra Kriya Festival 2024 juga mengundang 16 seniman Indonesia sebagai berikut.

  • Agus Sriyono
  • Ana Ratkovic Sobota
  • Anton Nurcahyo
  • Arif Suharson
  • Asep Maulana Hakim
  • Caroline Rika
  • Citrus Studio
  • Dona Prawita Arissuta
  • E. Lestari
  • Ivan Bestari Minar Pradipta
  • Lejar Daniartana Hukubun
  • Nurohmad
  • Rudi Hendriatno
  • Subandi Giyanto
  • Tukirno B. Sutejo
  • Wayang Sodo Ayu

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tidak hanya menghadirkan pameran saja Mantra Kriya Festival 2024 terdapat aneka kegiatan seperti fashion show, bazar produk kreatif (dari Gumoon, Happy Harbor, Dea Modis Jumputan Modern Style, Lembakarna, Swara Prana, Sun and Shine), workshop (membuat cap kertas "blok print" di kain, ceramics claychain, membuat kreasi wayang kardus, membuat ecoprint dengan teknik "ironing" pada media kain dan tas anyaman pandan, dan keramik pembakaran raku), pertunjukan, dan diskusi seputar kriya. Semua kegiatan tersebut dapat diikuti untuk umum dan gratis.

"Adanya festival ini, harapannya karya dan seniman kriya terus tumbuh dan berkembang lebih kuat. Festival ini mampu membangkitkan seni kriya tidak hanya di DIY, tetapi juga Indonesia," ujar Ibu Dian Lakshmi Pratiwi selaku Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

Matra Kriya Festival 2024, menawarkan tema "RITUAL" sebagai landasan dalam olah pikir menuju ke proses kreatif seniman atau kriyawan dalam mewujudkan estetikanya. Pada konteks kebudayaan di Indonesia, kata "Ritual" pasti sering didengar oleh masyarakat. Banyak kegiatan budaya yang di dalamnya terdapat praktik-praktik ritual sebagai rangkaian kebudayaan. Kegiatan ritual ini dapat berupa doa, mantra, nyanyian, gerakan dan atau upacara penunjang lainnya. Pada lingkup kebudayaan Indonesia, ritual merupakan aktivitas yang bersifat sakral karena berhubungan dengan spiritual, magis, dan keyakinan. Jika dikaitkan dengan proses penciptaan karya seni, tentu tidak lepas dari ide gagasan, material, proses, dan ritual pra-pengkaryaan.

Sumber: Dokumen Pribadi (Tarian Harapan dari Rakryan Mahotsaha Gandhi Bantul, DIY)

Terdapat salah satu karya dari Mantra Kriya Festival 2024 yang menggunakan media kayu jati dengan teknik pahat ukir, karya tersebut berjudul Tarian Harapan dari Rakryan Mahotsaha Gandhi (Bantul, DIY). Menjelaskan bahwa terumbu karang merupakan salah satu habitat alami yang berfungsi sebagai tempat bagi spesies laut. Namun, terumbu karang saat ini menghadapi berbagai ancaman dan kerusakan yang disebabkan pemanasan global, polusi, dan perubahan iklim. Upaya konservasi yang kuat dan kesadaran akan pentingnya melindungi terumbu karang diperlukan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem yang berharga ini.

Karya “Tarian Harapan”  menunjukkan upaya untuk mencapai kesatuan karena besar dampaknya peran manusia sangat berpengaruh dalam kelangsungan ekosistem terumbu karang. Penggambar konsep tersebut diterapkan dalam jumlah tujuh panel karya yang menggambarkan motif terumbu karang yang berbeda dan angka tujuh mempunyai filosofi dari kebudayaan Jawa yang berarti sinangga (menjaga) serta terdapat ukiran-ukiran motif terumbu karang yang disusun sedemikian rupa pada pustek yang nantinya akan memutar 360 derajat. Pengartian tujuh panel karya sebagai suatu doa dan keyakinan untuk mengajak penikmat seni untuk terus menjaga kelangsungan kehidupan ekosistem terumbu karang yang terancam keberadaannya. Serta penggambaran motif-motif terumbu karang yang disusun pada pustek dengan gerakan memutar 360 derajat tersebut dapat diartikan sebagai ritual pencarian kemurnian air seperti pada mitologi pemutaran Gunung Mandara Giri yang bertujuan untuk mencari Tirta Amerta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline