Corona atau yang sering disebut covid-19 merupakan virus yang berasal dari wuhan china yang menyebar dan menyebabkan banyaknya orang terdampak virus tersebut. Keadaan di masa ini sangat merubah kehidupan sehari - hari masyarakat seperti tidak boleh keluar rumah tanpa menggunakan masker,dan mencuci tangan. Bahkan, Pemerintah juga menerapkan kebijakan stay home,jaga kesehatan,dan social distanding untuk mengurangi peyebaran virus ini. Sehingga, banyak masyarakat yang jenuh hanya duduk santai dirumah tanpa melakukan aktivitas seperti biasa. Maka, pemerintah setempat menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk berolahraga dirumah maupun berjemur dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Dengan adanya hal ini, Masyarakat mulai memiliki semangat untuk berolahraga dan hidup sehat.
Hidup sehat dengan berolahraga adalah rutinitas semua orang di masa itu. Menurut Soekidjo Notoadmojo (1993: 62) berpendapat bahwa perilaku hidup sehat pada dasarnya adalah suaturespon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang terkait dengan makanan, kebersihan diri,kebersihan lingkungan, kebiasaan terhadap sakit dan penyakit dan keseimbangan antara kerja,istirahat, dan olahraga (Bloom & Reenen, 2013).
Sedangkan, Kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu aktivitas secara efektif dan efisien tanpa kelelahan yang berarti (Corbin, 2013). Hidup sehat merupakan hal paling penting dikala pandemi. Sehingga, banyak masyarakat yang menjaga pola makan,berolahraga,dan menjaga kebersihan agar terhindar dari virus ini. Salah satunya yaitu dengan cara berolahraga sepeda gowes pagi yang memiliki banyak peminat dimasa pandemi covid-19 (Alfirdaus & Susanto,
2021).
Olahraga sepeda menjadi favorit banyak orang dikarenakan sulitnya akses orang untuk berolahraga secara bebas dimasa pandemi. Namun, dengan adanya olahraga sepeda masyarakat merasa bebas berolahraga dengan sembari menikmati pemandangan kota di masa itu. Tidak hanya itu berolahraga sepeda juga memiliki berbagai manfaat antara lain menghilangkan stress,melangsingkan tubuh,sarana wisata,dan dapat meningkatkan sistem imun yang mencapai hingga 71%. Dengan adanya tren gowes pagi juga membuat masyarakat berbondong - bondong untuk segera membeli sepeda. Bahkan, Pemerintah setempat juga melakukan olahraga gowes pagi disetiap minggunya.
Meningkatnya penjualan sepeda secara drastis merupakan kabar gembira bagi sang penjual karena pendapatan mereka tercukupi. Fenomena Tren gowes pagi ini awal mulanya muncul karena konten gowes sepeda yang sempat viral di FYP atau beranda tiktok yang membuat masyarakat semakin tertarik untuk olahraga gowes pagi. Sehingga, banyak sekali masyarakat yang mulai aktif bersepeda dan mulai munculnya komunitas gowes di masa itu. Komunitas gowes merupakan suatu kelompok orang yang mengendarai sepeda. Munculnya komunitas - komunitas ini juga menjadi pemicu meningkatnya penjualan produk sepeda di Indonesia. Kehadiran komunitas sepeda membuat penjual produk sepeda,pakaian dan atribut olahraga sepeda laku keras. Akan tetapi, hal ini sangat disayangkan sekali karena hanya bertahan beberapa bulan saja atau dapat disebut dengan terjadinya fenomena pop culture.
Menurut teori, Budaya Populer (Pop Culture) adalah budaya yang lahir atas keterkaitan dengan media. Artinya, media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai bentuk kebudayaan."budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktek-praktek dan objek yang menyatu dalam kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini termasuk kepercayaan adat, praktek-praktek, dan objek yang diproduksi dari pusat-pusat komersial dan politik."Jadi, kata populer yang sering disingkat "pop",mengandung arti "dikenal dan disukai orang banyak (umum)", " sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak" (Bloom & Reenen, 2013). Sedangkan, Menurut Raymond William dalam Storey (2004), istilah populer ini memiliki 4 makna: " banyak disukai orang", "jenis kerja rendahan","karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang", dan "budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri" (Adi: 2011: 10).
Dari teori tersebut dapat kita simpulkan bahwa tren fenomena gowes pagi ini merupakan salah satu budaya pop culture yang bertahan diwaktu tertentu yang tercipta atau muncul karena media sosial. Sehingga, munculnya fenomena ini membentuk masyarakat menjadi khalayak aktif dan pasif.
Khalayak aktif merupakan suatu kelompok yang aktif dalam memutuskan suatu hal di media dengan cara meriset,menganalisa,dan mengolah data terlebih dahulu. Khalayak aktif pada fenomena ini tidak akan terburu - buru untuk membeli sepeda yang baru mereka akan mengolah data - data valid terlebih dahulu, kemudian baru mereka mengambil keputusan untuk melakukan tren sepeda gowes tersebut. Berbeda dengan khalayak pasif yang dimana mereka hanya menerima informasi tersebut tanpa berfikir panjang dan langsung mengikuti tren sepeda gowes tersebut. Dengan adanya khalayak aktif dan pasif membuat tren gowes ramai diperbincangkan didunia maya.