Lihat ke Halaman Asli

Jejak Peninggalan Belanda di Kota Tarakan

Diperbarui: 4 April 2017   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pos pengintaian serdadu belanda tampak dari belakang

Korek sedikit tentang tarakan

Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota administratif yang berada pada provinsi Kalimantan Utara. Kota ini memiliki luas wilayah 250,80 km² dan sesuai dengan data Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Kota Tarakan berpenduduk sebanyak 239.787 jiwa. Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil. Tarakan juga biasa disebut dengan istilah Tengkayu yang dari bahasa Tidungnya berarti daerah yang dikelilingi oleh laut atau Pesisir.

Berada pada provinsi termuda di negeri ini dan memiliki fasilitas publik yang cukup lengkap, tak lantas kota Tarakan menjadi ibu kota Kalimantan Utara. Dahulu kala sebelum jadi kota madya, tarakan merupakan sa;lah satu kecamatan dari kabupaten Bulungan sesuai dengan Keppress RI No. 22 Tahun 1963. Akan tetapi, dengan adanya potensi sumber minyak yang melimpah di pulau tarakan membuat daerah ini lebih maju ketimbang ibu kota Kabupaten Bulungan. Pasca ditetapkannya provinsi ke tiga puluh empat kalimantan utara pada tahun 2012 oleh pemerintah Republik Indonesia maka kota Tarakan menjadi pintu gerbang utama memasuki provinsi ini. Tidak ditetapkannya Tarakan menjadi ibu kota Provinsi lebih dikarenakan pada sejarah kerajaan suku Tidung yang merupakan suku asli daerah itu, peradabannya berada pada daerah Kabupaten Bulungan tepatnya di Tanjung Selor (Ibu kota Provinsi Kaltara sekarang).

Review sejarah

Karena gambar yang akan saya sharing kepada agan-agan semua ada kaitannya dengan sejarah kota, maka saya sedikit mengkorek kenapa Tarakan diperebutkan oleh bangsa eropa khususnya belanda.

Pada saat itu belanda mengetahui potensi minyak yang terdapat pada pulau Tarakan, memilikikualitas yang bagus serta meilimpah sehingga Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu mendirikan sebuah perusahaan minyak  BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) pada tahun 1896. Untuk mempertahankan pulau Tarakan dari ancaman dari bangsa lain yang ingin mengambil alih daerah ini, maka pemerintah Hindia Belanda memperkuat sistem pertahanan di daerah ini.

Untuk mengawasi area laut Tarakan, pemerintah Hindia Belanda dan sekutu membangun pos-pos pengintaian dan sistem artileri berupa meriam yang menghadap ke laut. Berikut foto-fotonya gan :

[caption id="" align="aligncenter" width="768" caption="Pos pengintaian serdadu belanda tampak dari belakang"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="720" caption="Ini tampak dari dalam gan"]

Ini tampak dari dalam gan

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="768" caption="Ini dia Artilerinya gan. Buatan German loh, bukan pindad. Awet kan??"]

Ini dia Artilerinya gan. Buatan German loh, bukan pindad. Awet kan??

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="768" caption="Ini saya pas di depan Pos pengintaian tadi"]

Ini saya pas di depan Pos pengintaian tadi

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline