Bismillahirrahmanirrahim
Sudah umum diketahui orang bahwa setiap tanggal 14 Februari adalah Hari Kasih Sayang, biasanya dikenal dengan nama Valentine. Mengenai sejarah awal dimulai perayaan ini masih banyak perbedaan dikalangan pakar sejarah, namun yang paling masyhur ialah kematian seorang yang bernama Santo Valentine di tangan Kaisar Claudius memerintah Roma pada tahun 200 an Masehi, karena dianggap menentang kebijakan Kaisar tersebut.
Mungkin banyak versi mengenai sejarah valentine, namun agak nya itu bukan hal yang akan bahas dalam tulisan kali ini. Saya selalu mengamati keadaan sosial saat perayaan valentine ini, khususnya di Indonesia. Pada saat akan memasuki bulan Februari, semua pihak mulai dari kecil hingga dewasa tanpa membedakan agama ikut memeriahkan perayaan ini, begitu juga pemberitaan di media bahkan semarak hari valentine juga terasa di pusat perbelanjaan dan hotel.
Para pemuda dan pemudi pun bersiap-siap untuk memberikan cokelat kepada pasangannya, mulai dari cokelat murah 5000-an hingga cokelat yang berharga ratusan ribu rupiah. Pada nantinya cokelat itu akan diberikan kepada pasangan ditambah dengan sedikit kata-kata romantis yang bakal bikin pasangannya mabuk kepayang akibat cinta. Hal ini sering kita temui di dalam film-film Hollywood ataupun drama lainnya.
Momen valentine yang dimanfaatkan sebagai pengekspresian rasa sayang sebenarnya adalah hal yang wajar saja jika dilakukan oleh orang yang meyakininya. Namun apakah benar perayaan valentine di Indonesia hanya sebatas memberi atau menerima cokelat saja?
Saya tidak meyakini sepenuhnya bahwa perayaan valentine hanya sebatas pemberian cokelat dan ungkapan rasa cinta saja, namun saya meyakini bahwa perayaan Valentine lebih dari itu. Sudah jamak diketahui bahwa momen valentine juga dimanfaatkan oleh sebagian remaja untuk pesta seks di banyak tempat.
Survei yang dilakukan oleh Tim Riset Kaltim Post di Kota Samarinda. Hasilnya mencengangkan, dari 35 koresponden yang ditanyakan, ada sebanyak 6 koresponden yang menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa melakukan hubungan intim saat valentine. Bahkan salah satu responden yang berusia 18 tahun mengaku bahwa berhubungan badan di hari valentine merupakan sebuah kewajiban bersama pasangannya.
Dari pengakuan para responden bahwa valentine merupakan momen yang tepat untuk berhubungan badan, karena terbawa suasana romantis yang berlangsung di tempat-tempat tertentu yang sudah di dekorasi bak valentine.
Mencengangkan bukan? itu baru satu survei di Kalimantan yang baru saya kemukakan, bagaimana dengan survei yang dilakukan di Pulau Jawa yang notabene penduduknya lebih banyak lagi, Saya yakin hasilnya akan lebih mencengangkan. Itulah fenomena yang terjadi di saat hari valentine, seks bebas merajalela di kalangan remaja yang belum seharusnya melakukan hal itu. Belum lagi dengan maraknya minuman keras dan obat-obat terlarang yang beredar.
Survei lain yang dilakukan oleh Women's Crisis Center (WCC) yang mengungkapkan bahwa hubungan seksual pra-nikah meningkat pada saat valentine. Di mana pada saat valentine banyak pasangan yang berdua-duaan di tempat yang sepi lalu laki-laki memulai modus dengan mempertanyakan cinta pasangannya dan meminta perempuan untuk melakukan hubungan seksual sebagai bukti rasa cinta mereka.
"Namun setelah berhubungan badan terjadi, sang cowok tidak mau bertanggung jawab dengan berbagai dalih" ungkap Yeni Roslaini, Direktur Eksekutif WCC