Lihat ke Halaman Asli

Tardi Setiabudi

Rendah Hati Motivasi Diri

Politik Uang Sebagai Alat Sakti

Diperbarui: 21 Juli 2021   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman saya mengatakan "broo minimal 50 ribu rupiah per orang, setinggi-tingginya ya 100 ribu rupiah baru tuh bisa duduk di kursi berputar. Kalau tak punya uang mending jangan lebih baik jadi pendukung sajalah"

Saya paham maksudnya, sebenarnya ia teringat Pemilihan Kepala Desa tahun sebelumnya. Kebetulan di tahun ini, sebentar lagi pertarungan para calon pemimpin di setiap desa-desa akan segera di gelar di panggung kehormatan.

Di kampung, para calon kepala desa biasanya sangat proaktif menemui warga-warga. Apalagi kalau menemui warga yang mempunyai kekuatan politik sangat rajin sekali, karena bisa mudah mengajak dan mengumpulkan warga-warga. Selain itu bisa dengan mudah untuk melancarkan aksinya. Sebut saja Pak Beno sebagai calonnya "Kalau Pak Beno menang jalan ke pelosok kita akan di utamakan dibangun" kata warga yang mengajakanya.

Melihat jalan di pelosok itu sangat jelek, apalagi kalau pas musim hujan motor pun susah untuk dibawa. Warga yang mempunyai kekuatan bisa dengan mudah menggiring warga biasa untuk memilih Pak Beno, apalagi warga butuh jalan bagus ingin merdeka. Jika ada salah satu oknum warga yang menolaknya, akan disampaikan konsekuensinya:

"Ya tidak apa-apa situ tidak pilih Pak Beno. Tapi kalau nanti Pak Beno menang situ jangan lewat jalan sini ya. Oya satu lagi kalau diasingkan oleh warga kampung sini jangan marah ya". Kata warga yang dianggap punya pengaruh.

Biasanya ancaman seperti itu lumayan efektif, apalagi jalan bagus itu sangat penting bagi warga sekitar motor-motor pun bisa berselancar dengan lancar wah pokoknya merdeka. pedagang pun ikut senang bisa berkeliling ke setiap kampung untuk memasarkan dagangannya, pokoknya bisa laris banyak.

"Ya bagaimana lagi diajak kerja sama membangun jalan tidak mau, masa mau enaknya saja" begitulah cara berfikir warga.

***

Saya bertemu dengan seorang kawan. Ia pun sudah dipegang oleh salah satu calon kepala desa karena dianggap berpengaruh besar di kampungnya, ya bisa menggiring warganya memilih calon yang di pasarkannya dengan cara atau teknik sendirinya.

Kali ini berbeda, bukan infrastruktur atau bangunan yang disodorkan kepada warga sebagaimana yang terjadi di kampung saya. Sebut saja namanya calonnya Pak Eko, tetapi memberikan uang tunai 100 ribu rupiah kepada teman saya. Artinya kalau suaranya bisa mencapai 2 ribu saja, berarti Pak Eko harus menyediakan 200 juta rupiah kepada teman saya. Waw angka yang fantastis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline