Lihat ke Halaman Asli

Gadis Kopi

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gadis kopi. Begitulah panggilannya.

Setiap pagi sebelum mandi, ia membuka toples biru berisikan kopi berjenis arabika.

Kopi yang ditanam di dataran tinggi ini memiliki tempat tersendiri di hatinya dan kopi ini dapat menggeletarkan lidahnya.

3:2, perbandingan antara 3 sendok kopi dan 2 sendok gula selalu ia masukkan ke dalam cangkir cokelat tua kesayangannya. Setelah itu, ia masukkan air yang mengeluarkan uap-uap panas dari teko kecil berwarna hitam ke dalam cangkir kesayangannya.

3:2, ia mengaduk isi dalam cangkir ke kanan sebanyak 3 kali dan ke kiri 2 kali.

Kemudian, ia menempati sofa kayu yang terletak di teras rumahnya.

3:2, ia menunggu 3 menit lebih dua detik sebelum menyeruput kopinya. Arloji digunakan sebagai patokan.

Aroma khas kopi arabika menggoda indra penciumannya. Ia mendekatkan wajah pada cangkir merasakan uap-uap panas menggelitik hidungnya. Ia senang meminum kopinya panas-panas, kalau hangat apalagi dingin rasanya berbeda dan aroma kopi menjadi hambar, ucapnya di tempo hari. Kopi itu dapat menenangkan perasaannya, menenangkan saraf-saraf tubuhnya seketika dan terjadi begitu saja.

Suatu hari, ia tak kuasa meminum kopi. Setiap isapan kopi, ia keluarkan lagi dari mulut mungilnya sambil merintih perih mengusap perutnya.

Ia benci.

Ia tak suka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline