Lihat ke Halaman Asli

Hasiati Kimia

Bukan seorang penulis profesional, tetapi menulis dapat membuka wawasanku

Taty Bukan Alice

Diperbarui: 16 Agustus 2016   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara nyanyian burung yang indah, diiringi alunan gemercik daun yang diterpa angin sahut-menyahut dengan melodi dari sang jangkrik. Kupu-kupu dan kumbang terbang melewati hamparan rumput dan bunga ilalang mendekati pohon besar nan rindang dengan suara kepakan sayapnya yang terdengar nyaring di heningnya hutan sehingga membangunkan gadis mungil yang tengah tertidur lelap. Mimpinya yang indah terputus membuatnya geram sehingga mengejar sang kumbang dan kupu-kupu tanpa mempedulikan orang tuanya yang tengah asyik menikmati kesejukan dan pemandangan.

Gadis itu terus saja mengejar sang kumbang dan kupu-kupu hingga tanpa disengaja dia terjatuh kedalam lubang yang sangat dalam. Selama dia terjatuh, gadis itu merasa seperti ada perubahan daram dirinya. Tubuhnya terasa menyusut perlahan hingga memakan waktu yang cukup lama sampai dia benar-benar mendarat di atas tanah, dan anehnya dia tak merasakan sakit sedikitpun.

Dengan cahaya yang terbatas, gadis itu mencari jalan keluar dengan berjalan lurus kedepannya. Tampak dia mulai ketakutan dilihat dari raut wajahnya yang tengah berjuang menahan tangis, sambil sesekali memanggil ayah dan ibunya “Ma…, Pa….”. Tangannya menyentuh sesuatu yang agak keras dengan permukaan kasar, didoronglah benda tersebut. Ternyata itu merupakan sebuah pintu yang terbuat dari kayu yang masih utuh dengan kulitnya, pintu tersebut menghubungkan kegelapan tadi dengan sebuah pemandangan menakjubkan yang tentu saja terang-benderang.

Sebuah kota besar dengan desain arsitek bangunan unik yang belum pernah ia lihat, serta bangunannya seolah-olah tergantung dan susunanya makin jauh makin ke atas. Penasaran sang gadis mulai melangkah pelan memasuki kota asing baginya, terkejut bukan kepalang saat dilihatnya kumbang bak raksasa terbang diatas kepalanya dengan jumlah yang tak terhitung namun dikendarai oleh manusia seolah-olah itu alat transportasi mereka. Kumbang dengan ukuran yang tak normal ditambah jalan raya yang ternyata terbuat dari ukiran kayu itu menambah rasa heran sekaligus kaguman dalam dirinya, namun karena lelahnya perjalanan serta keterkejutan membuat kepalanya pening hingga dia pingsan tepat didepan salah satu bangunan yang tamapak seperti rumah.

***

Sayup terdengar suara bisik memaksa gadis itu membuka mata, penglihatannya masih kabur lantara pening namun dipaksanya untuk melihat lantaran ada dua sosok yang berdiri di samping kana kirinya sambil terus memperhatikan. Setelah mengucek mata sebentar, sosok tadi berubah menjadi bocah mungil yang kemudian salah satunya berlari memanggil ibunya dan gadis yang diperkirakan umurnya sedikit lebih tua darinya. Dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air, ibu dari mereka muncul sembari tersenyum hangat kepada gadis itu. Setelah disodorkan nampan itu dan dipersilahkan makan, gadis itu langsung melahapnya seolah sudah lama tak merasakan makanan sambil sesekali melirik mereka yang sedang memperhatikannya.

“siapa namamu nak?” Tanya si ibu lembut

“Taty bu” jawab si gadis itu denngan makanan masih dimulutnya. Yah, Taty memang nama si gadis itu. Nama yang selalu dipanggil orang tuannya.

“di mana rumahmu? Biar ibu antar pulang” Tanya si ibu lagi

“enggak tau bu, Taty ke sini berlibur sama mama sama papa tapi nyasar sampai kesini” suara Taty mulai bergetar menahan air mata yang hampir jatuh. Taty memang baru berusia sekitar sepuluh tahun namun sudah dididik orang tuannya agar tidak mudah menangis.

“emang di ajak orang tuannya berlibur kemana?” Tanya si ibu mulai khawatir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline