Lihat ke Halaman Asli

Tarmidinsyah Abubakar

Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Politik Islam dan Partai Politik yang Mengeksploitasi Islam

Diperbarui: 17 Februari 2022   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Pixels

Partai politik yang ideal dalam negara yang penduduknya multi etnis, suku bangsa dari berbagai daerah mulai Sabang sampai Meuroke adalah partai yang menganut sistem demokrasi. 

Tetapi syaratnya harus lebih banyak orang yang paham demokrasi dan haknya dalam bernegara bukan masyarakat terjajah. Tentu beragam karakter dan prilaku serta pemahaman politik dan faktor yang mewarnainya dalam dunia politik tersebut.

Ketika orang-orang telah digabungkan dalam sebuah partai politik, maka dalam pikirannya terbersit berbagai cakrawala sesuai dengan backgroud pekerjaannya. Mereka yang dikalangan pebisnis yang hampir bangkrut merasa terbuka kembali peluangnya karena ada harapan pada sekumpulan yang mungkin saja berminat bekerjasama. 

Pebisnis yang sukses tentu langka masuk ke partai politik, jika bergabungpun mereka akan menguasai atau sebagai pompinan dan biasanya juga menjadi penyokong utama partai politik untuk politik mereka. Sebahagian besar tentu kontraktor pemerintah menengah bawah yang mencari peluang di partai politik.

Mereka yang memiliki pekerjaan tetapi juga langka bersedia ke partai politik karena kuatir terganggu aktifitasnya dan karirnya, misalnya dokter biasanya ya dokter yang bebas dan bermental kuat, kalau dosen ya sudah pasti juga bermental yang sama,  atau dosen rada nakal dan ambisius. 

Demikian juga profesi yang lain ketika mereka bergabung atau harus bergabung karena orang dekatnya atau keluarganya yang memimpin partai, dimana mereka berpolitik untuk sekedar menyokong.

Lalu pertanyaannya adalah apakah mereka memiliki visi dan misi dalam membangun negara. Misi mungkin saja ada tapi sebatas semangat, biasanya mereka beesikap ambigu dan berkelompok untuk meningkatkan dan mencari peluang untuk mendapatkan banyak uang. 

Karena mereka tidak berlatar belakang pendidikan bernegara maka pikiran dalam membangun hanya berkisar antara prilaku baik dan buruk selanjutnya menjadi ideology tanpa disadarinya. 

Karena pengetahuan politik yang terbatas maka politik partai mereka berjalan secara alami tanpa pemikiran pemimpin tentang politik karena dalam pemikiran pemimpin hanya bagaimana ia bisa membangun jaringan berantai yang kuat ditengah masyarakat.

Lalu terbuka pilihan dihadapannya, apa yang terbaik untuk pengikat emosi kumpulan masyarakat tersebut? Sedaearah terlalu sempit, satu suku juga sempit, satu nusa satu bangsa luas tapi tak ada pengikat yang spesifik dan tidak menimbulkan emosi, yang paling mudah adalah satu agama meski luas tapi bisa bangkitkan emosi masyarakat kita di negara ketiga ini. 

Agama dan budaya adalah alat yang tidak hanya membangkitkan emosi masyarakat tapi juga bisa memicu emosi dan meluapkan masyarakat di negara ketiga bila agama dan budayanya disentuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline