Lihat ke Halaman Asli

Tarmidinsyah Abubakar

Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Lebih Baik Tak Menjadi Pimpinan Partai di Daerah daripada Melemahkan Otonomi Daerah

Diperbarui: 22 Februari 2021   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Berbagai dinamika terjadi dalam partai politik yang mengilustrasikan begitu luasnya dunia politik yang sesungguhnya. Namun semua itu berpulang kepada seseorang yang menjalaninya, ada yang merasa bahwa politik sebatas mengumpulkan dukungan masyarakat, ada yang lebih pragmatis begaimana trik memperoleh suara. Sah-sah saja selama hati nurani mereka merasa mampu menjalaninya dengan kelemahan-kelemahan pribadinya.

Sebagai pengalaman pribadi penulis juga ingin menyampaikan sekelumit harapan dan sikap dalam politik dalam perjalanan menjadi fungsionaris partai politik di wilayah Provinsi. Dimana sikap ini kemudian justru menjadi masalah yang berat bagi perjalanan politik personal warga meski belum dirasakan oleh para pengikut partai politik lain di daerah.

Penulis ketika dalam partai politik adalah seseorang yang bersikap konsisten mengawal aturan partai secara ketat dan sedapat mungkin menanamkan prinsip tersebut kepada setiap kader yang mendengar pidato, materi bahasan politik penulis.

Sehingga apapun yang menjadi prinsip-prinsip perjuangan partai baik terkait dengan demokrasi maupun aturan main internal partai selalu saja penulis kawal agar terlaksana secara baik, sehingga tidak ada kader yang melakukan pencapaian tahapan politiknya dengan cara-cara diluar mekanisme partai politik yang beradab.

Kader juga tidak seharusnya menempuh tujuan politiknya dengan segala cara atau menggunakan mashab politik ala Niccolo Machiavalli politisi asal Italy yang sangat berpengaruh dalam teori politik dan terkenal dengan bukunya "Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan Il Principe (Sang Pangeran)".

Dengan pemikiran dan sikap itu kemudian penulis konsisten dengan sikap politik dan selalu berorientasi mengawal dan memperjuangkan ajaran partai yang sejalan dengan pengembangan sistem demokratisasi dalam berpolitik dan bermasyarakat.

Disamping tujuan mengendalikan politik disana juga terdapat peejuangan untuk perubahan masyarakat terutama dalam pendidikan dan pemikiran politik masyarakat. Kenapa ada dua tujuan besar dalam politik penulis? Tentu saja karena penulis lahir dan hidup sebagai warga masyarakat Aceh yang kenyang hidup dalam konflik politik dan senjata.

Mengetahui permasalahan sosial inilah yang menginspirasikan penulis membuat tujuan-tujuan politik untuk perubahan pola pikir masyarakat agar konflik politik tidak mudah berulang di tanah kelahiran.

Secara umum seluruh prinsip-prinsip tentang pemikiran politik tersebut bermuara pada prinsip mempertahankan hak politik warga masyarakat secara keseluruhan meskipun tidak banyak masyarakat yang memahami sebagai suatu sikap dalam pengawalan hak politik warga negara di daerah.

Misalnya dalam mekanisme pemilihan ketua partai politik, penulis senantiasa berpihak pada prinsip demokrasi dimana kesetaraan hak kader untuk menyatakan pendapat dan sikapnya dihargai sama dengan hak pimpinan sekalipun. Pimpinan tentunya hanya memiliki hak lebih dalam mempengaruhi yang lebih besar dengan pemikiran, prilaku dan sikap serta kearifan-kearifannya dalam memimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline