Lihat ke Halaman Asli

Tarmidinsyah Abubakar

Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Salah Kaprah Pendidikan Kita, Kemajuan Birokrasi Tak Diikuti Mutu Pendidikannya

Diperbarui: 28 Januari 2021   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung)

Bermacam kemajuan di berbagai bidang kehidupan terjadi di zaman ini. Terutama di bidang penggunaan teknologi dalam sistem kerjanya, baik dalam aktivitas usaha maupun dalam gaya hidup.

Dalam dunia pendidikan, kemajuan juga begitu pesat. Namun lebih pesat dan dominan pada bidang pengelolaan bukan pada substansi kualitas pendidikan itu sendiri.

Sebagai contoh dalam sistem pembayaran biaya kuliah, biaya masuk, biaya tetek bengek yang mau tak mau harus dipenuhi orang tua, meski tak masuk akal yang penting anaknya bisa kuliah dan bisa diterima kerja.

Sekolah, akademi, dan perguruan tinggi telah menggunakan sistem pembayaran online dengan berbagai aplikasi yang dibeli pada si penjual aplikasi. Aplikasi aneh-aneh lagi, butuh waktu tiga bulan belajar.

Sistem penggunaan pembayaran yang dianggap canggih ini kemudian dianggap sebagai kemajuan dalam dunia pendidikan. 

Lalu, menurut Anda semua, apakah hal ini suatu kemajuan atau peningkatan kualitas dalam sistem pendidikan kita? 

Suatu hari tetangga saya cerita anaknya menangis ketika gagal mengikuti semester pada studinya di sebuah akademi. Tentu saja saya ingin tahu penyebabnya. 

Dalam cerita itu, ibu siswa ini (yang single parent) gagal melunasi uang kuliah anaknya dengan pembayaran melalui aplikasi pembayaran. Lantas pihak kampus menyampaikan vonis anaknya tidak bisa melanjutkan pendidikannya pada semester kedua pada jurusan ahli gigi itu.

Kemudian saya bertanya, apakah uang untuk membayar biaya semester kuliah itu sudah ada? Ternyata uang tersebut sudah ada melalui pinjaman teman atau saudaranya.

Sebenarnya masalah ada pada ada atau tidaknya uang untuk biaya semester kuliah anaknya sebesar Rp. 2.750.000.

Esok harinya penulis berusaha membantu tetangga tersebut, karena ada vonis dari pihak akademis bahwa siswa tersebut tidak bisa melanjutkan studinya. Setelah berdiskusi akhirnya pihak akademis masih memberi waktu hingga dua hari kemudian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline