Lihat ke Halaman Asli

Tarmidinsyah Abubakar

Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Partai Politik yang Memilih Pemimpin dengan Adu Uang Kadernya Pasti Bermental Budak

Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dunia politik disuatu daerah gampang saja diberi nilai, nilai itu tentu menjadi ukuran cara berpikir masyarakat. Apakah masyarakat itu bodoh atau masyarakat itu sudah melek dalam perpolitikan rakyat.

Bahkan orang yang paham tentang politik sosial dapat mengukur apakah daerah itu sebagai daerah korup atau daerah yang normal.

Ketika mereka melihat situasi sosial maka mereka memahami dan memaklumi masyarakatnya, meski anda bersuara lantang bahwa masyarakat di daerah anda sudah pintar berpolitik. Bisa saja politik itu dianggap sebagai cara menipu atau propaganda yang sebenarnarnya secara negatif bisa diartikan sebagai penipuan berlapis.

Para ahli manajemen sosial hanya akan melihat indikator pemimpin partai politik di daerah anda maka mereka sudah paham siapa anda sebagai masyarakatnya. Maka ahli kepemimpinan sosial mampu membangun kecenderungan sosial didaerah anda meski mereka tidak hadir ditengah kehidupan kita.

Jika anda kurang yakin maka, ada pertanyaan yang harus anda jawab, yaitu:

Kenapa calon presiden di suatu negara menggunakan konsultan politik dari negara maju seperti Amerika Serikat. Bukankah mereka asing dengan masyarakat kita, bahkan mereka sama sekali tidak mengenal masyarakat negara lain. 

Tetapi mereka bekerja dengan data-data sosial yang mereka bisa mempengaruhi kecenderungan masyarakat negara manapun dengan teori-teori politik dan seabrek ilmu pengetahuannya.

Demikian adanya orang-orang yang memahami ilmu politik melakukan pemenangan kepala negara, kepala daerah bahkan DPR.

Sebelum rakyat kita menegenal quik count atau perhituungan suara cepat itu, rakyat kita tidak yakin dengan hasil itu, bahkan calon presiden dan timnya di negara kita juga belum bisa menerima hasil pemilihan sebelum hitungan manual dilakukan oleh KPU.

Padahal quickcount itu tidak pernah salah margin errornya rata-rata 2,5 persen. Tapi real count bisa saja salah dan dapat terjadi beli suara yang menyebabkan pergeseran suara antar kontestan.

Begitulah perkembangan ilmu politik pada masyarakat negeri-negeri maju yang sudah jauh mendahului kita puluhan tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline