Lihat ke Halaman Asli

Tapa Shidiq

Belajar mentuturkan gagasan lewat tulisan.

Isra' Mi'raj dan Keimanan Abu Bakar

Diperbarui: 28 Februari 2022   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Tapa Shidiq Pamungkas

Isra' mi'raj adalah peristiwa sejarah yang sangat sakral bagi umat islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke -- 10 setelah masa kenabian, atau dua tahun sebelum hijrah. Tepatnya tanggal 27 Rajab atau sekitar tahun 621 Masehi.

Kala itu Baginda Nabi SAW, sedang dilanda kesedihan yang mendalam. Kepergian dua pelindung utama dakwah, Istri tercinta Khadijah ra dan Abu Thalib meninggal dunia. Selain dua kesedihan tersebut , penolakan dan pengusiran baginda Nabi SAW oleh suku Thoif menjadi latar kesedihan yang lain. Sehingga tahun itu dinamakan Amul huzn.

Isra' Mi'raj ini seolah menjadi rihlah (perjalanan hiburan) untuk baginda Nabi SAW. Peristiwa itu diabadikan dalam surat Al Isra' ayat 1.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 1)

Rasul diperjalankan dari masjidil Harrom ke masjidil Aqsho (isra'). Kemudian dari masjidil Aqsho naik ke Sidrotul muntaha atau Langit ke tujuh (Mi'raj) dengan mangendarai Buraq. Dalam perjalanan ini rasul SAW mendapatkan Syariat sholat lima waktu dan hikmah-hikmah. Diantaranya beliau bertemu dengan ruh para nabi dan diperlihatkan syurga dan neraka.

Kaum Quraisy gempar dengan pengakuan baginda Nabi Muhammad SAW. Hal itu menjadi bahan cibiran bagi mereka yang kafir dan menjadi ujian keimanan bagi kaum muslimin. Abu Jahal mendapat momentum yang tepat, untuk mencabik keimanan kaum muslimin.

Meskipun baginda nabi SAW mememaparkan fakta-fakta dengan jelas tentang bukti perjalanannya. Yaitu, penjelasan tentang kondisi atau detil arsitektur masjidil Aqsho. Juga tentang kafilah dagang Quraisy yang kehilangan untanya. Namun, Amr bin Hisyam (nama asli Abu jahal) dengan retorika dan kecerdasannya mampu sedikit banyaknya menggoyah keyakinan para sahabat.

Memang dapat dimaklumi, dengan pengetahuan sains dan teknologi saat itu, sulit untuk menjelaskan bagaimana seseorang dapat menempuh perjalanan yang begitu jauh (Jarak dari masjidil Harom ke masjidil Aqsho sekitar 1.500 km). Terlebih, saat itu belum ada jenis transportasi udara yang bisa mendukung nalar atau logika berpikir masyarakat Quraisy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline