Lihat ke Halaman Asli

Rumah Pertamaku serta Solusi yang Ditempuh saat Kesulitan Bayar Cicilan KPR

Diperbarui: 21 September 2017   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dari rumahlah bermula aktivitas manusia. Dalam perspektif Islam dikenal konsep baity jannaty, "rumahku surgaku".  

Bagi yang belom punya rumah sendiri, pastinya udah tahu deh rasanya, gimana hidup ngontrak. Setiap habis masa kontrakan atau harus pindahan rumah itu, rasanya melelahkan dan tidak nyaman deh. Barang banyak yang rusak saat pindahan. Belum selesai adaptasi di lingkungan baru, sudah harus pindah lagi, adaptasi lagi, Beuh... Belum selesai beres-beres barang bekas pindahan, sudah harus beres-beres barang lagi untuk pindah ke kontrakan lainnya. Capek deh..

Apalagi saat-saat  kemudian keluargaku hidup numpang, duh gimana deh rasanya, sungkan nih ngrepotin nenek sama saudara-saudara yang baik hati.

Berangkat dari latar belakang tersebut, Ketidaknyamanan tersebut sangat berbekas di pikiran. Tekadku saat itu pengen cepat mandiri, begitu bisa mandiri, maka hal pertama yang harus kubeli adalah rumah. Biar ibu dan adikku merasakan nikmatnya tinggal di rumah hunian sendiri tanpa rasa sungkan dan tidak merepotkan siapapun.

Rumah Percontohan Cidura (dok.marketing)

Masa muda adalah masa yang sangat menyenangkan, apalagi saat sudah memiliki penghasilan sendiri untuk dinikmati, namun di lain sisi, saya khawatir bila tidak dialokasikan untuk rumah, uang saya habis tak karuan, maklumlah lajang pengennya jalan-jalan mulu sambil bergaya dikit. Jadi itulah yang membuat saya berkomitmen kepada diri sendiri untuk memiliki rumah.

Awal tahun 2014, setelah sekian tahun bekerja dan punya sedikit tabungan, akhirnya saya bulatkan untuk mencari rumah hunian buat keluarga. Berhubung gak punya cash ratusan juta rupiah dan bukan anggota DPR, maka membeli rumah, kredit pemilikan rumah atau KPR merupakan solusi yang paling ideal bagi buruh pekerja biasa seperti saya.

Tinggal siapin uang muka atau DP, impian memiliki rumah sendiri pun bisa terwujud. Sisanya, bisa cicil harga rumah setiap bulan sampai lunas deh.

Pengennya sih beli rumah itu lokasinya tidak jauh dari tempat bekerja, pusat kota dan dekat tempat sekolah adik-adikku, serta harganya terjangkau. Namun realitanya, rumah dekat dengan pusat kota harganya tidak terjangkau untuk kantong pekerja biasa seperti saya.

Kenyataan lainnya, harga properti terus menanjak tanpa bisa direm. Sehingga saat mengumpulkan uang untuk membeli rumah, hunian yang diincar harganya terus naik. Sakit deh...heu..heu..heu

Akhirnya saya berpikir realistis untuk membeli rumah. Bahwa rumah-rumah berharga terjangkau berada di lokasi yang tidak dekat dengan pusat kota. Yang penting pokoknya punya rumah. Titik gak pake koma.

Dapat KPR: Resonansi dari niat dan doa. Thanks god

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline