Telur gulung adalah salah satu jajanan yang populer di Indonesia. Makanan ini terbuat dari telur yang digulung dengan bahan-bahan tambahan seperti penyedap rasa, saus dan lain-lain. Telur gulung memiliki rasa yang enak, harga yang murah, dan cara pembuatan yang simpel. Banyak orang yang menyukai telur gulung, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Salah satu pedagang telur gulung yang sukses adalah Raul. Ia berjualan telur gulung sejak Januari 2018. Dengan modal awal Rp500 ribu, ia mampu meraih omzet Rp3-4 juta per bulan. Ia memiliki gerobak yang berkeliling di beberapa titik strategis di kota Bandung, seperti sekolah, depan minimarket, dan taman. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan usahanya. Namun, di balik kesuksesannya, Raul juga menghadapi berbagai tantangan dan peluang dalam mengembangkan usahanya di era digitalisasi. Berikut adalah hasil wawancara kami dengan Raul tentang pengalaman dan pandangannya sebagai pedagang telur gulung.
Menurut Raul, tantangan yang ia rasakan adalah persaingan yang semakin ketat dengan pedagang lain, baik yang berjualan di pinggir jalan maupun di media sosial. Ia harus bisa menarik perhatian dan loyalitas pelanggan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Ia juga harus mengikuti perkembangan teknologi, seperti menggunakan aplikasi pembayaran digital, membuat akun media sosial, dan mempromosikan usahanya secara online.
"Persaingan itu pasti ada, apalagi sekarang banyak pedagang telur gulung yang berjualan di media sosial. Mereka bisa menjangkau pelanggan yang lebih luas dan beragam. Saya harus bisa bersaing dengan mereka dengan memberikan produk yang berkualitas, pelayanan yang ramah, dan harga yang bersaing. Saya juga harus bisa memanfaatkan teknologi untuk mempermudah transaksi dan promosi. Misalnya, saya menggunakan aplikasi pembayaran digital seperti OVO, GoPay, dan Dana." ujar Raul.
Di sisi lain, Raul juga melihat adanya peluang yang bisa dimanfaatkan di era digitalisasi ini. Ia mengatakan bahwa adanya kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi dan bertransaksi dengan pelanggan adalah salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan. Ia juga bisa mendapatkan feedback dan testimoni dari pelanggan yang bisa meningkatkan kredibilitas dan reputasi usahanya. Selain itu, ia juga bisa belajar dari pedagang lain yang lebih sukses dan berpengalaman dengan melihat contoh-contoh usaha mereka di internet.
"Peluang yang saya lihat adalah adanya kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi dan bertransaksi dengan pelanggan. Saya bisa menjangkau pelanggan yang lebih luas dan beragam dengan menggunakan media sosial. Saya juga bisa mendapatkan feedback dan testimoni dari pelanggan yang bisa meningkatkan kredibilitas dan reputasi usaha saya. Selain itu, saya juga bisa belajar dari pedagang lain yang lebih sukses dan berpengalaman dengan melihat contoh-contoh usaha mereka di internet. Saya bisa meniru atau mengadaptasi ide-ide mereka yang cocok dengan usaha saya," kata Raul.
Dari hasil wawancara dengan Raul, dapat disimpulkan bahwa pedagang telur gulung di era digitalisasi ini menghadapi tantangan dan peluang yang berbeda dari sebelumnya. Tantangan yang dihadapi adalah persaingan yang semakin ketat dengan pedagang lain, baik yang berjualan di pinggir jalan maupun di media sosial. Peluang yang bisa dimanfaatkan adalah adanya kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi dan bertransaksi dengan pelanggan, serta adanya sumber belajar dan inspirasi dari pedagang lain yang lebih sukses dan berpengalaman. Oleh karena itu, pedagang telur gulung harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam usahanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H