Lihat ke Halaman Asli

Ukuran dan Urutan Belajar Persfektif Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji

Diperbarui: 23 Juni 2024   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan - perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.

Tujuan dari belajar adalah agar mendapatkan ilmu, ilmu sendiri yaitu suatu sifat yang dapat dijadikan sarana mengetahui sesuatu itu dengan sempurna. Dengan ilmu, orang akan dapat menyelesaikan semua perkara dengan sempurna dan baik. Maka, hendaknya setiap manusia jangan sampai lupa dan lengah memikirkan dirinya, mana yang baik dan bermanfaat serta yang tidak baik dan mencelakakan bagi dirinya selama hidup didunia, apalagi sampai lupa kehidupan diakhirat nanti. Untuk itu, pandai-pandailah mencari sesuatu yang dapat berguna serta menyelamatkan diri kita. Cepat-cepatlah menghindar dan menjauh dari sesuatu yang dapat mencelakakan dan merusak diri kita.

Kitab Ta’lim Al Muta’alim adalah salah satu kitab terkenal yang membahas adab-adab seorang penuntut ilmu (murid) sebagai kunci sukses dalam belajar. Kitab tersebut merupakan salah satu karya fenomenal Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji Al Hanafi.

Nama lengkap beliau ialah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada satu tempat namanya Zurnuj, sebuah lokasi yang ada di daerah Turki. Sementara kata “al-Hanafi” dipercaya dinisbatkan terhadap nama mazhab yang di anutnya, yaitu mazhab Hanafi. Mengenai waktu lahir dan wafatnya masih banyak perbedaan pendapat para peneliti. Beliau diperkirakan lahir sekitar tahun 570 H dan di perkirakan wafat sekitar tahun 591 H (1195 M).

Dalam kitab Ta’lim Al- Muta’alim dijelaskan bahwa Sebaiknya ukuran perkiraan pelajaran yang diberikan pada pelajar yang baru memulai belajar, adalah agar diberi batas yang kira-kira mampu untuk diulang dua kali. selanjutnya, setiap hari ditambah satu kalimat umpamanya, sehingga pelajaran tersebut semakin banyak dan panjang, serta mampu mengulang sampai dua kali. Demikian seterusnya, kemudian menambah pelajaran tersebut sedikit demi sedikit, secara pelan-pelan. Jika pemberian pelajaran tersebut sangat panjang pada permulaanya, sedangkan orang yang belajar menghendaki untuk mengulang pelajarannya sampai sepuluh kali, maka orang yang belajar itu pada akhirnya sudah terbiasa mengulang. karenanya, dia tetap akan mampu mengulang sampai sepuluh kali. Jika yang demikian itu sudah menjadi kebiasaanya, tentu dia tidak mau meninggalkan kebiasaan tersebut, kecuali karena kesibukan yang melelahkan (uzur). Dikatakan oleh sebagian ulama: “pengajian satu kalimat, hendaknya diulang sampai seribu kali. sedang bagi orang yang baru memulai belajar, sebaiknya dapat memilih kitab yang mudah untuk dipahami.”

Juga di anjurkan ketika memulai belajar, mulailah dari kitab kitab yang kecil dan sederhana terlebih dahulu. Karena yang demikian itu, disamping mempercepat kefahaman, juga lebih mudah tertanam dalam hati dan tidak menimbulkan kebosanan serta lebih mudah untuk diterima diantara manusia.

Syekh Kholil Ahmad Sarkhasih dalam petikan sya’irnya: “jadikanlah dirimu menjadi pelayan ilmu sebagaimana melayani orang yang mencari faedah ilmu dan biasakanlah rajin belajar dengan baik menghafal memahami dan mengulang karena yang demikian itu merupakan pekerjaan yang terpuji.”

Jika kita telah hafal satu ilmu maka ulangi lah sehingga tidak akan lupa, kemudian kukuhkanlah dengan sekuat-kuatnya. Selanjutnya catatlah ilmu tersebut akan engkau dapat mengulang dan mempelajari selama-lamanya. Setelah kita merasa aman atau hafal sekiranya tidak lupa terhadap pelajaran yang telah dipelajari maka cepat cepatlah menambah pelajaran yang baru serta mengulang-ulang pelajaran yang telah dihafal disertai mencari hasil tambahan pelajaran yang baru dan setelah kita memperoleh ilmu, sebarkanlah kepada orang banyak agar kita dapat hidup abadi (bernilai).

Bagi orang yang mencari ilmu atau santri wajib harus adu penalaran, saling tukar pemikiran dan berdiskusi dengan teman-temannya. Tetapi Sebaiknya dalam berdiskusi tersebut harus dengan dasar hati insaf, pikiran yang jernih, tenang, pelan-pelan dan penuh angan-angan. Semuanya harus dapat menjaga diri dari perkara yang tidak baik, karena bertukar pikiran dan perdebatan yang disertai hati dingin itu akan dapat melahirkan kebenaran. Demikian itu harus didasari hati yang jernih dan angan angan, serta insaf agar melahirkan kebenaran. Kebenaran itu tidak akan berhasil apabila disertai marah dan jengkel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline