Cuaca memang seperti tidak bisa diprediksi. Di saat banyak daerah sering diguyur hujan, bahkan ada yang kebanjiran, masih ada daerah yang justru kekeringan. Fenomena itu terjadi pada lahan tani di Kuledoki, Desa Manusak, Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Para petani di sana menjerit lantaran kekurangan pasokan air ke sawah mereka.
Lahan sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan seluas 500 hektar dan dengan krisis hujan saat ini maka lahan yang sudah ditanami padi di atas lahan sekitar 100-an hektar bakal gagal total.
Para petani di sana mengaku cemas dengan melihat curah hujan yang minim belakangan ini. Apalagi berhektar-hektare lahan sawah telah ditanami padi. Usia padi yang ada rata-rata sudah 1 bulan lebih tidak bisa bertumbuh subur karena pasokan air tidak ada. Lahan yang ada mengharapkan dari curah hujan sedangkan kali yang ada di sekitar lokasi persawahan airnya tidak mencukupi ditambah jaraknya pun cukup jauh.
Dari sekitar 500 hektare lahan sawah di sana, 300 hektare di antaranya tidak bisa ditraktor lantaran tiada air. Sedangkan 100 hektare sudah ditanami padi, yang diperkirakan akan gagal tumbuh lantaran kekurangan air.
Kondisi tersebut memang tidak terhindarkan, mengingat sawah mereka merupakan lahan tadah hujan. Mau tak mau, petani memang hanya mengandalkan air hujan. Meski kali ini, mereka merasa kekeringan cukup parah. Karena ada petani yang sudah mencoba alternatif dengan menggali sumur bor. Tapi tidak menghasilkan apa-apa.
Mirisnya lagi, para petani merasa ditinggalkan oleh pemerintah. Karena belum sekalipun ada pendamping pertanian dari dinas maupun Kementerian Pertanian (Kementan). Bahkan ketika hama menyerang tanaman mereka beberapa waktu lalu, seperti tidak ada perhatian dari aparat pertanian.
Menurut para petani, masalah kekeringan ini hanya bisa diselesaikan dari pusat. Caranya dengan membangun bendungan agar desa-desa bisa mendapat limpahan air. Selain itu, harusnya dinas dan Kementan juga menunjukkan kepedulian. Jangan sampai para petani itu merasa ditinggalkan dan akhirnya mereka pun meninggalkan pertanian. Kalau sudah demikian, selamat tinggal cita-cita peningkatan produksi pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H