Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, dukungan Indonesia terhadap Palestina merupakan bentuk solidaritas Indonesia terhadap sesama negara-negara Muslim. Palestina juga menjadi salah satu tempat bersejarah yang sangat dicintai oleh umat muslim, khususnya Masjid Al-Aqsha. Ikatan historis-relijius inilah yang telah memperkuat ikatan antara bangsa Indonesia dan Palestina.
Indonesia untuk mendukung proses perdamaian di antaranya menyediakan personel dan pasukan untuk misi perdamaian PBB di Timur Tengah, termasuk United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), yang bertujuan untuk memelihara perdamaian di Lebanon selatan. Meskipun tidak langsung terkait dengan konflik Israel-Palestina, partisipasi Indonesia dalam misi perdamaian ini merupakan kontribusi positif terhadap stabilitas regional.
Indonesia juga memberikan berbagai bentuk bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang terkena dampak konflik, di antaranya bantuan medis, bantuan pangan, dan bantuan keuangan untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur vital di Palestina seperti rumah sakit.
Namun demikian, solidaritas ini semakin dilematis, melihat semakin banyaknya negara Timur Tengah yang mulai menetralisasi hubungan atau membuka diri untuk mulai menjalin hubungan bilateral dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir. Bahkan Putra Mahkota Arab Saudi dilaporkan memiliki sejumlah penasihat yang memiliki sikap simpatik terhadap Israel dan permusuhan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap Islam militan seperti Hamas.
Meskipun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel telah bersitegang selama puluhan tahun, pada dasarnya Indonesia tidak bisa menolak Israel sepenuhnya.
Saat ini, walaupun tidak menjalin hubungan bilateral formal, Indonesia dan Israel memiliki kolaborasi terbatas di berbagai bidang, termasuk perdagangan, pariwisata dan pendidikan.
Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Palestina telah berkontribusi pada ikatan yang erat antara kedua negara. Hubungan historis ini telah menumbuhkan rasa persahabatan dan persaudaraan antara keduanya. Terlebih lagi, perjuangan Palestina terkait erat dengan identitas dan keyakinan muslim masyarakat Indonesia.
Alasan Indonesia secara historis enggan menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel juga dipengaruhi oleh sentimen publik dan rasa terima kasih kepada negara-negara Arab atas dukungan mereka terhadap kemerdekaan Indonesia.
Dukungan publik Indonesia terhadap terhadap perjuangan Palestina yang diregenerasi secara ideologi ini, menyebabkan penolakan terhadap Israel di antara masyarakat Indonesia, sehingga secara politis menjadi sensitif bagi pemerintah Indonesia untuk menjalin hubungan diplomatik atau memperdalam hubungan ekonomi dengan Israel.
Agar bisa menciptakan cara yang lebih progresif dalam mendukung pembebasan Palestina, diskursus mengenai relasi Indonesia dan Israel-Palestina harusnya lebih dari sekadar motif balas budi dan kesamaan agama.