Di era yang serba digital saat ini banyak sendi-sendi kehidupan yang mengalami kemajuan diantaranya segi tekhnologi, bahasa, komunikasi, pendidikan dan lain-lain. Namun tanpa disadari ternyata banyak juga aspek kehidupan yang mengalami kemerosotan, seperti budaya dan tata krama. Apabila kita mengamati perkembangan generasi Indonesia saat ini, ternyata dari waktu ke waktu semakin banyak dilahirkan pribadi-pribadi yang berkualitas pas-pas an atau bahkan rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya pemberitaan oleh media massa berkenaan dengan kejadian-kejadian yang tidak seharusnya terjadi, mulai dari tawuran, pelecehan seksual, bahkan mabuk pembalut yang semuanya itu dilakukan oleh anak-anak yang masih berada di bawah umur.
Kenyataan yang ironis itu mungkin menyebabkan beberapa pihak bertanya-tanya mengenai siapakah yang patut untuk disalahkan? Apakah pemerintah? Atau orang tua? Atau bahkan bapak ibu guru yang mengajar disekolah? Jawabannya ada dibenak kita masing-masing. Pada kenyataannya saat ini generasi muda sedang diserang wabah ketidakmoralan. Ketidakmoralan itu bukan hanya kepada teman sebayanya namun juga kepada yang lebih tua seperti guru dan orang tua.
Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan adanya pembunuhan seorang dosen oleh mahasiswanya sendiri, padahal sejak kita kecil kita diajarkan untuk berbalas budi. Bukankah seharusnya seorang mahasiswa membalas jasa dosennya yang memberikan ilmu padanya ? Belum lagi kasus siswa SMP yang mabuk-mabukan dengan menggunakan media pembalut atau popok bayi, kasus siswa kelas 3 SMP yang juga melakukan pemerkosaan massal kepada adik kelasnya sendiri.
Kasus-kasus diatas semakin ramai diberitakan dan masih saja belum ada solusi untuk menanganinya. Namun apabila kita menelaah lebih lanjut mungkin kenyataan yang ada saat ini bisa jadi disebabkan karena adanya kemerosotan moral. Moral merupakan salah satu ciri yang dimiliki manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Pendidikan moral sudah selayaknya dimasukan dalam kurikulum pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar supaya calon-calon penerus bangsa memiliki akhlak yang luhur dan mulia. Mengapa di sekolah dasar ? Karena ketika manusia berada di rentang umur tersebut sifat dan pola berpikirnya masih mudah untuk diubah.
Indonesia memiliki sejarah yang tidak mudah untuk meraih kemerdekaan, dan ribuan jiwa telah melayang demi mencapai Indonesia merdeka, maka apa yang telah kita miliki saat ini janganlah disia-siakan. Belajar dengan giat dan terus memelihara cita-cita tuk Indonesia yang lebih baik, Ad Maiorem Dei Gloriam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H