Usai salam, segera aku bergeser karena ada yang baru memulai sholat berjamaah. Ruangan berukuran 3x3 meter itu dijadikan sebagai mushalla di lantai dua gedung kuliahku.
Satu orang imam laki-laki dengan tiga orang makmum perempuan kulihat menunaikan kewajibannya. Aku memerhatikan imam yang tergesa-gesa memimpin sholat hingga makmum juga sedikit ngos-ngosan mengikuti ritme imam. Hingga saat aku selesai dzikir dan berdoa, mereka juga selesai sholat.
Padahal dalam sholat ada yang dinamakan tuma'ninah yang merupakan sarana mencapai tingkat kesempurnaan sholat guna membangkitkan kesadaran diri, bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah SWT. Tuma'ninah dapat dicapai dengan cara rileks dan tidak tergesa gesa dalam melaksanakan gerakan sholat. Dalam keadaan tenang kita juga bisa fokus atau dalam kata lain khusyu' saat beribadah. Meskipun untuk mencapai tingkat ini rasanya sulit apalagi dengan godaan syaitan yang terkutuk.
Tapi setidaknya dengan tuma'ninah kita bisa aware dengan apa yang kita lakukan. Bahwa saat itu kita sedang berbincang dengan Sang Pencipta. Bahwa saat itu ada doa-doa yang kita selipkan. Ada puji-pujian yang kita sampaikan. Jika kita melakukannya dengan tergesa-gesa bagaimana Allah memandangnya. Jika doa-doa dan pujian yang kita sampaikan dengan tergesa-gesa bagaimana Allah bisa mengerti. Meskipun saya yakin Allah tahu. Coba bayangkan ketika kita sedang berbicara dengan orang tua mengutarakan permintaan, jika kita menyampaikannya dengan tergesa-gesa, tidak fokus, pikiran kemana-mana, atau tidak melakukan kontak mata, maka orang tua kita mungkin tidak mengerti dan dianggap tidak sopan. Begitu juga ketika sholat, bacaan-bacaan sholat kita merupakan doa-doa yang kita panjatkan sama Allah. Doa-doa yang kita sampaikan ketika pagi, siang, sore, petang, dan malam.
"Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii
wahdinii, wa 'aafinii, wa'fuanni"
(Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan berilah rizqi kepadaku)
Merupakan lafadz yang kita ucapkan ketika duduk di antara dua sujud. Ternyata isinya doa loh. Dan bacaan lainnya yang juga merupakan doa-doa yang kita panjatkan.
Allah tahu kita sibuk dengan urusan dunia. Subuh hari kita masih pulas dengan mimpi, siang hari kita merasa harus melakukan pekerjaan, sore hari sudah merasa capek, maghrib dan malam hari apalagi. Tapi tak bisakah kita menyisakan seper sekian dari 24 jam yang kita punya untuk berbincang dengan Allah, untuk menyelipkan doa-doa agar hidup kita senantiasa diridhoi. Tak bisakah kita sedikit tenang dan melupakan urusan dunia walau sebentar. Allah rindu dengan kita, dengan doa-doa kita, dengan hamba-hamba-Nya yang acap kali melakukan dosa. Allah kasih waktu untuk kita menggugurkan dosa, untuk kita memanjatkan doa-doa.
Kadang kita butuh tuma'ninah tidak hanya dalam sholat, tapi juga dalam menjalani tiap detik yang kita punya.
Hamba Allah yang masih belajar men-tuma'ninah-kan diri :"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H