Lihat ke Halaman Asli

Kitab Suci Itu Fiksi?

Diperbarui: 1 Mei 2018   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Buat apa pakai narasi "kitab suci itu fiksi" ? Apa yang ingin digambarkan dengan itu  ? Apakah untuk menggambarkan bhw sah-sah saja menggunakan "fiksi" dalam meramal bubarnya suatu negara ? Rasanya untuk itu, tak perlu pakai narasi persamaan kitab suci dan fiksi.  

Atau apa yang ingin dicapai dengan perkataan partai "setan" dan partai "allah" ? Apakah untuk untuk mendorong jangan pilih partai anu, tapi pilih partai itu ? Kalau hanya segitu, rasanya tidak segitu pentingnya sampai harus pakai simbol "allah" ? 

Di dalam sejarah, sudah terlalu banyak peristiwa2 yang terbukti memanipulasi simbol2 agama."tuhan" jadi bukan dilihat sbg subject , tapi justru obyek - betapa ngerinya ? Lebih baik tidak usah main api di tengah-tengah jerami..bukankah kita tidak sedang berusaha membakar lumbung ?

Atau memang inilah perang utama itu..perang badar ! Perang antara kekuatan baik dan dajjal ? 

Yah tidaklah..yang perang mah hanyalah politisi-politisi. Partai-partai. Kepentingan-kepentingan. Wong semua partai juga kena kasus korupsi - gimana ceritanya (jangankan "allah") ada partai "malaikat".  Memang ada yang yakin di Indonesia ada "partai malaikat" ?

Pemilu ini adalah kesempatan untuk memperlihatkan bahwa Indonesia itu bangsa yang besar. Narasi-narasi adalah yang tajam berisi sekaligus beradab . Mari saling mendoakan supaya kita diluruskan. Mari saling mengharapkan damai bagi semua pihak. Assalamualaikum , Shalom Aleichem , kiranya damai beserta kita semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline