Lihat ke Halaman Asli

Stasi Bello Kupang Selayang Pandang!

Diperbarui: 13 September 2024   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapela St.Agustinus Bello Kupang (dokpri)

Sejarah Masuknya Agama Katolik di Bello, Ternyata Penyebar Iman Katolik Pertama Berasal dari Suku Jawa

WARTATIMOR, KUPANG -- Bello merupakan salah satu wilayah di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di wilayah Kecamatan Maulafa. Dalam hirarki Gereja Katolik, saat ini wilayah Bello dikenal sebagai sebuah stasi, namanya Stasi St. Agustinus Bello, yang merupakan bagian dari wilayah Paroki St. Fransiskus dari Asisi Kolhua, Keuskupan Agung Kupang (KAK).

Cerita penyebaran iman Katolik di Bello, Kota Kupang, berawal dari seorang Tentara KNIL asal Bello bernama, Samuel Bekon Saijuna. Awalnya Samuel Bekon Saijuna berasal dari keluarga yang beriman atau beragama Kristen Protestan, tapi kemudian ia menjadi orang pertama yang menyebarkan agama Katolik di Bello bersama istrinya.

Istri dari Samuel Bekon Saijuna, berasal dari Jawa Bernama Maria Martha. atau biasa disapa warga Bello dengan sebutan Mama Ma'a. Meski bersuku Jawa, namun Mama Ma'a adalah seorang yang beragama Katolik.

Satu tahun setelah Indonesia Merdeka, yakni pada tahun 1946, tentara KNIL bernama Samuel Bekon Saijuna ini pulang berlibur ke kampung hamananya di Bello. Mungkin ia sedang cuti dari tugas pekerjaannya sebagai Tentara KNIL.

Saat pulang kampung dari tempat tugasnya di Pulau Jawa ke Bello-Kota Kupang, Samuel B Saijuna tidak datang sendirian tetapi datang bersama pendamping hidupnya, yakni istri tercinta, Maria Martha atau Mama Ma'a.

Menurut penuturan umat setempat yakni Osias Faku dan Yakobus Toasu (alm), dari beliaulah mereka diajarkan mengenal tanda salib atau dalam bahasa Dawan Timor Kupang disebut Tek Amaf. Yakni dari seorang Katolik asal suku Jawa atau asal Pulau Jawa bernama Mama Ma'a, istri dari tentara KNIL bernama Samuel Bekon Saijuna.

Pada tahun itu, Osias Faku dan Yakobus Toasu (alm), dan beberapa orang lainnya belajar cara berdoa agama Katolik dari Mama Ma'a. Kegiatan belajar mereka dilakukan di kediaman keluarga Marthinus Toasu.

Yang menariknya, ternyata bapak Samuel Bekon Saijuna bukan beragama Katolik, tetapi seorang yang beriman Kristen Protestan. Setelah menikah dengan mama Maria Martha atau Mama Ma'a di pulau Jawa, barulah tentara KNIL ini mengikuti sang istri menjadi seorang Katolik. Cerita atau informasi ini menurut keterangan dari Stefanus Toasu, salah satu putra dari Marthinus Toasu, Namun upaya pengajaran agama Katolik oleh Mama Ma'a dan bapak Samuel Bekon Saijuna tidak berlanjut karena mereka hanya berlibur hingga tahun 1947 saja. Setelah satu tahun berlibur, bapak Samuel Bekon Saijuna dan istrinya kembali ke Pulau Jawa.

Terjadilah kevakuman dalam pengajaran agama Katolik saat itu. Hanya keluarga-keluarga yang telah diajarkan Tanda Salib, serta Doa Bapa Kami dan Doa Salam Maria yang terus menekuni doa tersebut. Keluarga-keluarga itu terpaksa belajar secara mandiri dan berdoa saja sesuai apa yang pernah mereka dapatkan dari Mama Ma'a dan bapak Samuel Bekon, ketika masih ada bersama mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline