Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari Noetoko

Diperbarui: 7 Juni 2024   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis saat di dalam Gereja paroki Assisi Kolhua

Berawal Dari Noetoko !
[Catatan kecil Untuk Yang Kecil]

Hari ini Jumat, 7 Juni 2024 hari terakhir SMPK Sta.Theresia Kupang melaksanakan PAT [penilaian akhir semester] yang dilaksanakan secara daring.


Disela-sela kesibukan itu, mumpung tidak mengajar saya mencoba merangkai kata demi kata untuk kami yang kecil - kecil.
Sebagai seorang penulis, kalau sehari belum menulis apa apa, tangan gatal dan hati tidak tenang. Hari ini saya ingin berkisah tentang NOETOKO.


Noetoko dalam sejarah Timor merupakan kota tua yang di bangun oleh Belanda 1850-an. Noetoko saat ini merupakan sebuah desa di kaki gunung Mutis yang berjarak 20-an km dari Kefamnanu.
Kita tidak tahu mengapa Belanda menjadikan Noetoko menjadi pusat pemerintahannya. Mungkinkah di Noetoko ada emas hitam? Kita tidak tahu.


Di Malaka ada Motaain, Motamasin, Motaulun, dan mota mota lain. Mota [ kali], ulun [kepala] sedangkan ain [kaki] dan masin [asin]. Orang orang Motaulun di Malaka setiap kali ada banjir pasti membawa rejeki, karena ada binatang piaraan yang terbawa banjir dan pasti mereka yang dapat.
Sama halnya Noetoko [ Noelini Ntok kini] semua kali / sungai di sekitarnya Miomaffo Barat [Eban] akan bermuara ke sana. Ada yang memahami Noetoko dipahami sebagai Noel / kali tempat beristrahat.


Ok ! Mari kita kembali ke topik kita, Berawal dari Noetoko. Ya ! Noetoko menjadi awal perjalanan sebuah penciptaan sejarah Timor.
Entah mengapa Noetoko menjadi begitu penting bagi kaum penjajah Belanda sehingga Onderafdeeling dipusatkan di sana.
Seorang Controleur tentunya orang Belanda mulai memimpin, demi mendapat simpati para usif serta mendapat dukungan ia merangkul para usif.

 Akhirnya lahirlah hirarki kepemimpinan, Controleur- Swapara - Fetor - Temungkung - rakyat.
Kala itu Controleur membawahi 3 swapraja, 18 fetor dan 176 temungkung. Ketiga Swapraja itu adalah : Miomaffo, Insan dan Biboki.


Akhirnya entah alasan apa, Belanda memindahkan pusat pemerintahannya ke Kefamenanu di tahun 1921.

Seusai Kemerdekaan RI, pada tahun 1946 tepatnya 21 Oktober usif usif di Timor mengadakan pertemuan akbar di Kefamenanu, kala itu Usif  Amarasi dan Usif Nisnoni dari Kupang terpilih menjadi ketua dan wakil usif usif.

Coretan sederhana ini saya persembahkan kepada teman kecil saya Oktovianus Mamoh [ Kepro Matemati Unimor], Oki Kono Ambrosius guru senior saya Santhers yang kini sudah pensiun.

Kupang, 7 Juni 2024
Pukul 09.45
Tanus Korbaffo.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline