Kulihat jam di pergelangan tanganku. Sepuluh menit lagi kereta yang kutumpangi sampai di stasiun terakhir. Sepanjang usiaku, aku tak pernah melakukan perjalanan sendirian sejauh ini. Kedua eyangku tak pernah membiarkanku pergi sendirian. Jarak ratusan kilometer yang kutempuh ini bukan tanpa tujuan. Ada yang harus kutemui di kota ini, seseorang yang membuatku gelisah dan tak bisa tidur nyenyak.
"Nanti kalau Ndoro kakung bertanya saya harus jawab apa? Sebentar lagi beliau akan bangun untuk berangkat misa pagi." Mbok Mah bertanya dengan wajah khawatir. Aku memang berencana pergi tanpa memberitahu kedua eyangku.
"Katakan saja aku ada tugas luar kota Mbok. Paling besok aku sudah pulang," jawabku pada perempuan yang menjadi pengasuhku sejak kecil itu. Maka selepas dini hari tadi, aku meninggalkan rumah diam-diam. Kuharap Mbok Mah bisa meyakinkan kedua eyangku bahwa aku akan baik-baik saja.
*****
Semua bermula dari sebuah lukisan wajah perempuan yang kutemukan di sebuah akun facebook. Lukisan wajah perempuan itu sungguh mirip denganku. Aku hampir tak bisa menemukan perbedaan wajah perempuan dalam lukisan itu dengan wajahku sendiri. Hanya ada tahi lalat kecil di bagian bawah mata kiri pada wajah perempuan dalam lukisan itu yang tak kupunyai. Selebihnya, aku serasa duduk di depan cermin, menatap bayanganku sendiri.
Pada bagian bawah lukisan itu tertulis sebait puisi tentang kerinduan. Puisi romantis itu menggambarkan betapa dalam cinta penulisnya pada pemilik wajah dalam lukisan itu. Kuat dugaanku pelukisnya memiliki hubungan khusus dengan perempuan dalam lukisan itu. Tapi hubungan apa dan siapa? Aku jadi ingin tahu.
Aku sudah menuliskan pertanyaan tentang siapa yang menjadi model lukisan itu pada kolom komentar. Namun sampai kini tak ada tanggapan apapun dari pemilik akun itu. Aku semakin penasaran. Siapa sebenarnya model lukisan itu? Mengapa ia sangat mirip denganku?
Pemilik akun facebook itu bernama Bramantyo. Aku pertama kali meminta pertemanan dengannya karena tertarik pada karya lukisannya yang begitu hidup dan natural. Aku yang juga seorang pelukis banyak belajar dari goresan-goresan lukisan Bramantyo. Kami memang sama sekali belum pernah melakukan obrolan secara pribadi. Hanya beberapa kali aku berkomentar di bawah postingan lukisannya. Itu pun jarang ia tanggapi. Sepertinya ia sulit meluangkan waktu untuk membalas setiap komentar yang tertulis di bawah kirimannya
Bramantyo lelaki yang misterius bagiku. Ia tak pernah memajang foto dirinya di bagian profil. Selain itu ia juga jarang membalas komentar-komentar yang bernada memuji karya-karyanya. Ia hanya membalas seperlunya, atau menjelaskan secara singkat jika ada yang ingin membeli lukisannya itu.
Kemisteriusan lelaki itu semakin nyata. Lukisan terbaru yang dikirim ke dinding akunnya itu membuatku penasaran. Bagaimana ia bisa melukis seorang perempuan dengan wajah yang sangat mirip diriku? Bukankah kami sama sekali tidak pernah bertemu? Aku juga ragu jika ia diam-diam mengintip akunku untuk mendapatkan fotoku di sana. Yang kutahu Bramantyo bukan jenis lelaki iseng yang mau menghabiskan waktunya untuk mengintip akun-akun lain.