Lihat ke Halaman Asli

Tantrini Andang

penulis cerpen dan buku fiksi

Mamak, Perempuan yang Tak Pernah Melahirkanku

Diperbarui: 17 Juni 2019   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah kopor ukuran sedang telah siap di depan pintu. Kulirik jam mungil  di pergelangan tanganku. Sopir taksi yang kutunggu akan datang sebentar lagi. Di dapur, Mamak masih sibuk membereskan meja  bekas menguleni adonan pempek. Sepertinya ia masih mau berlama-lama di belakang.

 "Mak, sebentar lagi aku berangkat," kataku setengah berteriak. Tak ada jawaban. Aku melangkah menuju dapur. Kulihat Mamak sedang berdiri mematung di depan pintu dapur yang menghadap ke arah luar. Kulihat ada sesuatu yang mengkilap di pipinya. Mungkin itu keringat, atau air mata? Entahlah.

"Mak?" panggilku ragu. Mamak menoleh cepat. Lalu ia  menangkupkan telapak tangan ke wajahnya, membuat gerakan mengusap pipinya. Ia meraih tumpukan wadah plastik berisi pempek yang tersusun di atas meja. Mamak lalu  tampak sibuk menghitung  pempek yang akan diantar ke pedagang di pasar.

"Belum datang taksinya?" tanyanya dengan nada datar. Tangan perempuan itu lalu menumpuk wadah-wadah pempek itu dalam kantong plastik besar. Kugelengkan kepalaku. 

"Sebentar lagi," jawabku. Lalu hening. Janggal sekali rasanya. Biasanya kami tak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Namun pagi ini memang berbeda. Sangat berbeda..

*******

Semua berawal dari kedatangan perempuan itu. Seorang perempuan berpakaian necis dengan aroma parfum yang menguar ke seluruh ruang tamu. Perempuan itu wajahnya sangat mirip denganku. Ia mengaku sebagai ibu kandungku. Tak bisa kulukiskan bingung dan terpukulnya aku waktu itu.  Selama ini aku hanya mengenal Mamak sebagai ibuku. Bagaimana mungkin ada perempuan lain yang juga ibuku?

"Untuk apa kau mencarinya?" tanya Mamak. Aku duduk mendengarkan pembicaraan mereka dengan bingung. Apa yang belum kuketahui tentang jalan hidupku sendiri? Rahasia apa yang mereka simpan tentang aku?

Perempuan  itu menatap tajam pada Mamak.  Melihat wajahnya membuatku seperti sedang bercermin dan melihat diriku sedang menahan amarah. 

"Kau tak pernah tahu bagaimana rasanya saat aku dihalangi untuk melihat bayiku sendiri. Kaujuga tak pernah merasakan sakitnya merindu saat payudaraku membengkak karena air susu yang tak bisa kuberikan pada bayiku sendiri. Pahamkah kau dengan rasa sakit itu?" sanggah perempuan itu dengan suara keras. Mamak  terdiam. Aku tercenung.

"Bisakah kalian bercerita dari awal? Jangan membuatku semakin bingung," seruku menahan tangis. Lalu perempuan itu mengelus lenganku lembut. Ditatapnya aku dengan pandangan yang dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline