Jadi setelah bunyi seperti orang ingin membuka pintu kamar itu berlalu, gw terus mencoba untuk tidur. Tapi tetap nggak bisa. Akhirnya pagi pun tiba. Ternyata jam 6 di Penang itu masih gelap loh, nggak kaya di Bogor, hehe. Setelah mandi, kami berempat turun untuk sarapan. Ternyata Lena, teman gw, ga bisa tidur juga semalam. Yang lebih seram lagi, dia seperti melihat sosok wanita sedang mondar-mandir di dalam kamar. "Ngelihatin tidur kita,"jelasnya. Semula dia mengira itu salah satu dari kita (ber4kan satu kamar), tapi setelah nengok tempat tidur2 kita, Lena baru ngeh kalau si sosok itu bukan rombongan kita (gimana nggak, yang laen itu lagi baring semua di tempat tidur masing-masing). hihihi, tambah serem deh ah.
Ya sudah, seseraman itu kita tinggalkan sementara waktu. Sekarang waktunya jalan-jalan! Di hari pertama ini, kami mau jalan-jalan keliling kota aja (kalo di Jakarta kota tua kali ya). Nggak pake ongkos loh, karena di sana ada bus gratis. Kami tinggal jalan sedikit dari penginapan, sampai di halte, duduk manis deh. Tunggu bus yang ada tulisannya CAT Free. Lalu kita naik dan berhenti aja kalo ada spot-spot yang menraik (jangan khawatir, bus gratisnya dateng setiap 5-10menit kok). Jadi saya dan teman2 berhenti (untuk foto-foto doang sih) di City Hall, Jetty, Mercy Goddes Temple, Gereja tua (lupa namanya), Musium (sesuai tulisan melayunya) dan Art Gallery.
Lelah foto-foto, kami makan siang di kantin dekat City Hall. Sepertinya jadi tempat makan siang PNS-PNS yang kerja di dekat situ. Menu saya: nasi goreng biasa. Jauh-jauh ke Penang, makan siangnya nasi goreng? heheheh. Harganya 4RM loh, lumayan murah. Putri, teman saya malah makan sayur toge plus ampela seharga 2RM (lebih murah lagi, cuy). Oh ya di sana ampela ga dijual sepasang sama ati. Jadi, kalau kamu ambil ati&ela artinya bayarnya dobel.
Selesai makan siang, kami maksudnya mau ke Little India, lalu ke Gurney drive, daerah pantai yang katanya semarak kalau sore dan malam hari. Kami pun menunggu CAT Free lagi di terminal Jetty. Bus datang,gw sama Lena naik. Eh ternyata busnya keburu melaju, sementara dua temanku lainnya (Putri dan Nisa) belum naik. Yah kepisah deh.
Berhubung hujan dan capek semalaman ga tidur, gw dan Lena memutuskan untuk balik aja ke penginepan. Nah, sebelum sampai di penginepan, kita jalan-jalan dul di Pasar Chowrasta, pasar tradisional gitu. Di sana ada bapak-bapak tua nawarin gantungan kunci 12RM, saya tawar 5RM dia ga mau, dan nawar 10RM. Akhirnya gw tinggalin, eh dia marah-marah (dgn bahasa yg gw ga ngerti), hihi. Intinya, dia marahin gw krn udah megang2 dagangan dia, tapi ga jd beli. Yaelah, Pak, kalo ga mau dagangannya dipegang sih ga usah jualan sekalian, huhu. Dan semua mata pun tertuju pada saya.
Abis dari pasar, kita langsung pulang ke hostel. Karena kuncinya dipegang sama Nisa, kepaksa deh gw minta kunci sama Nathan, resepsionis yang orang India-Melayu itu. Untung orangnya ramah dan baik (dan agak-agak melabai,heheh). Malamnya gw sama Lena nyobain nasi kandar.
(bersambung ntr ya, gw kerja dulu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H