Orang tua yang bekerja menganggap bahwa fungsi keluarga yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, sedangkan fungsi yang lain seperti psikis, emotional, perhatian, kedekatan dan lainnya menjadi kurang diperhatikan. Kehadiran orang tua untuk menemani anak dalam perkembangannya justru harus lebih diperhatikan karena akan berpengaruh pada kondisi mental, kecerdasan, dan perilaku anak. Jadi peran dan fungsi dari orang tua yang bekerja harus seimbang, tidak hanya memenuhi kebutuhan material anak, namun juga bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian dan karakter anak.
Orang tua dengan tingkat ekonomi tinggi dan kesibukan yang lebih padat akan membuat tingkat komunikasi antara orang tua dan anak menjadi lebih terbatas. Komunikasi yang terjadi umumnya hanya membahas mengenai kecukupan materi, bukan komunikasi yang mendalam mengenai hubungan orang tua dan anak. Padahal dengan komunikasi yang baik akan membuat hubungan mereka menjadi lebih terbuka, dan orang tua dapat memahami dan membantu kesulitan anak. Adanya fenomena tersebut membuat kelompok kami melakukan sebuah penelitian sederhana untuk mengetahui bagaimana manajemen waktu dan kualitas komunikasi pada keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi. Dalam penelitian ini kami menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) atau sering disebut teknik criterion-based selection dan kami menggunakan wawancara dan studi literatur sebagai metode pengumpulan data.
Berdasarkan hasil wawancara, karakteristik keluarga narasumber adalah keluarga berpenghasilan ganda (Two-Earner Families) yang berarti kedua orang tua narasumber merupakan pekerja. Ayah narasumber merupakan pemilik perusahaan di Brunei Darussalam dan ibu narasumber bekerja di bank BUMN dengan rata-rata jam kerja keduanya adalah 6 sampai 7 jam per hari.
Diketahui dari hasil wawancara bahwa ayah narasumber bekerja pulang setiap 3 bulan sekali, sedangkan ibu narasumber bekerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore. Dari hasil tersebut maka diketahui bahwa keluarga narasumber yang merupakan keluarga ekonomi tinggi, memiliki kuantitas bertemu secara tatap muka yang lumayan sedikit. Hal ini berdampak pada keluarga narasumber jarang melakukan komunikasi apalagi ketika anak atau narasumber semakin dewasa dan memiliki kesibukan masing-masing.
Meskipun dihadapi tantangan berupa kesibukan orang tua dan anak yang sangat padat, manajemen waktu dalam keluarga narasumber berlangsung baik. Orang tua dari narasumber mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dengan perannya dalam keluarga dengan baik, sehingga narasumber tetap terpenuhi kebutuhan material maupun mentalnya.
Manajemen komunikasi dalam keluarga narasumber juga berjalan efektif. Meskipun mereka tidak menjadwalkan kapan waktu untuk berkomunikasi, namun dengan adanya kesadaran masing-masing mengenai urgensi komunikasi dan tanggung jawab atas perannya dalam keluarga menyebabkan mereka selalu menyisihkan waktu untuk sekedar saling berkabar melalui chat atau telepon mengenai kegiatan yang telah dilakukan, hal ini juga didukung dengan respon yang positif baik dari orang tua ataupun narasumber sehingga komunikasi tetap berjalan dan berkualitas di tengah kesibukan mereka.
Komunikasi merupakan salah satu bagian dari manajemen sumber daya keluarga. Pengelolaan manajemen komunikasi dalam keluarga pastinya tidak dapat terlepas dari komunikasi antarpribadi atau interpersonal, yaitu komunikasi antara seluruh anggota keluarga yang dilakukan secara lebih mendalam bertujuan agar saling memahami antar anggota keluarga. Orang tua serta anak-anaknya menjalin hubungan komunikasi antarpribadi sehingga terbina hubungan saling pengertian diantara seluruh anggota keluarga, bahkan lebih mendalam dengan penetrasi sosial, seperti analogi bawang merah, komunikasi dari hal-hal yang umum, dangkal, kemudian mengomunikasikan sampai pada hal-hal yang sangat pribadi atau intim.
Komunikasi yang berkualitas akan berdampak baik pada hubungan antara orang tua dan anak. Pola komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana masing-masing partisipan dapat beralih peran, di waktu tertentu komunikator dapat berperan sebagai komunikan dan begitu sebaliknya, serta masing-masing partisipan memiliki hak suara yang sama, dan tidak boleh digantikan oleh orang lain Berlo dalam Mulyana (2007). Dalam hal komunikasi yang terjadi dalam keluarga, sumber adalah orang tua kepada anaknya ataupun anak kepada orang tua yang mempunyai pola-pola tertentu, dan biasanya pola komunikasi dalam keluarga akan membentuk budaya dalam keluarga. Baik budaya berperilaku, pelaksanaan nilai-nilai, norma dan kepatuhan pada sistem yang berlangsung dalam keluarga. Fungsi Sosialisasi keluarga dalam keluarga merupakan suatu proses di mana orang tua melakukan penanaman nilai dan norma kepada anak-anak atau anggota keluarga yang dicontohkan atau menjadi kebiasaan ayah dan ibu (orang tua) dalam mendidik, merawat, dan membesarkan anak-anaknya.
Dalam manajemen keluarga tidak terlepas dari sikap tanggung jawab, dimana tanggung jawab yang paling mendasar adalah peranan orang tua yaitu ayah sebagai kepala keluarga yang memenuhi semua kebutuhan keluarga dan ibu sebagai ibu rumah tangga yang merawat dan mengurus rumah, mendidik serta membesarkan anak-anaknya. Jika terjadi peralihan atau pertukaran peran atau penggandaan peran seperti kasus yang terjadi pada ibu narasumber yang berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah. Berbagai peran tersebut harus dilaksanakan dengan tanggung jawab secara baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam keluarga berpenghasilan ganda atau keluarga dengan ekonomi tinggi diperlukan strategi penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga untuk menjaga keharmonisan atau keseimbangan keduanya sehingga tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga dapat diselaraskan dan dapat terpenuhi secara bersama-sama. Manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Keluarga narasumber dengan karakteristik keluarga berpenghasilan ganda, masalah yang mendasar adalah keterbatasan waktu untuk melakukan kewajiban baik terhadap pekerjaan maupun keluarga yang semakin kecil dibandingkan dengan keluarga yang suaminya saja bekerja. Kata yang sering digunakan untuk mengkategorikan permasalahan ini adalah penyeimbangan atau balancing. Oleh karena itu, proses manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Jadi, kesibukan yang dimiliki oleh orang tua bukanlah kendala untuk menjalin kehangatan dan kualitas komunikasi yang baik dalam keluarga ketika orang tua mampu untuk terus konsisten dalam melakukan komunikasi berkualitas, mampu menyeimbangkan perannya antara pekerjaan dan keluarga, manajemen waktu yang efektif dan bertanggung jawab atas perannya masing-masing.
Penulis : Tantri Larasati, Thesalonica, Calysta Vallma, Nadia Sinta Rindiani, Gina Rahmawati.