Lihat ke Halaman Asli

Pandemi Covid-19 Meningkatkan Kasus Kekerasan Siber Berbasis Gender?

Diperbarui: 27 September 2022   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Ilustrasi Kasus Kekerasan Siber Berbasis Gender | Sumber: magdalene.co

Penulis: Shabiika Juniar Khansa (1407620015) dan Kusuma Diah Tantri (1407620076)

Hadirnya pandemi covid-19 tidak hanya memengaruhi aktivitas sosial dan bermasyarakat. Pembatasan ruang gerak, interaksi sosial, dan relasi interpersonal akibat pandemi secara tidak langsung memaksa massifnya pemanfaatan teknologi digital. Namun, pemanfaatan teknologi pun tidak selamanya memiliki pengaruh positif. Hal ini diperkuat dengan adanya lonjakan kasus kekerasan siber berbasis gender (KSBG) sepanjang pandemi. Kekerasan Siber Berbasis Gender atau KSBG adalah tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan yang dilakukan sebagian atau sepenuhnya menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan data dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2017-2021 terdapat kenaikan signifikan di tiap tahunnya untuk kasus KSBG. Selama masa pandemi, yaitu di tahun 2020, terdapat 940 kasus, sedangkan, di tahun 2021 terdapat 1.721 kasus yang menyebabkan terjadinya kenaikan kasus mencapai angka 83% dibanding tahun sebelumnya.

Gambar 2. Kasus Kekerasan Siber Berbasis Gender Tahun 2017-2021 | Sumber: Catahu Komnas Perempuan 2022

Hal ini ditambah dengan adanya fakta bahwa di 2021, tepatnya di bulan Mei-Juni, kasus Delta Covid-19 masuk ke Indonesia yang menyebabkan munculnya kebijakan ketat terkait pembatasan aktivitas secara langsung. Maka dari itu, terdapat peningkatan yang signifikan pada bulan Juni 2021, di mana kasus mencapai angka 228 kasus.

Gambar 3. Jumlah Kasus KSBG per Bulan Tahun 2021 | Sumber: Catahu Komnas Perempuan 2022

Adanya peningkatan yang signifikan terkait kasus KSBG awalnya didasari dengan adanya pandemi covid-19 yang menyebabkan adanya peralihan ruang interaksi dan komunikasi ke ranah digital. Maka, aktivitas sosial masyarakat yang dilakukan secara daring semakin massif terjadi. Hal ini juga yang pada akhirnya membuat semakin maraknya platform media sosial yang tidak aman dan memberikan potensi maraknya KSBG.

Lantas, bagaimana bentuk KSBG yang tengah merebak di kalangan masyarakat saat ini? Disebutkan bahwa bentuk KSBG meliputi pelanggaran privasi (penyebaran informasi dan konten pribadi korban tanpa persetujuan), pengawasan dan pemantauan, perusakan kredibilitas, pelecehan dan ancaman menuju kekerasan, ancaman dan kekerasan langsung, dan  serangan target pada komunitas tertentu (Blandina L, et al :2022). Sedangkan pengklasifikasian jenis KSBG oleh Komnas Perempuan ialah meliputi pendekatan yang ditujukan untuk memberdayakan korban (cyber grooming), pelecehan secara online (cyber harassment), ancaman penyebaran foto/video pribadi (malicious distribution), pencemaran nama baik (online defamation), dan rekrutmen online

Dampak atas tindak kekerasan ini meluas ke beberapa aspek bagi korban. Yakni, aspek psikologis, sosial, ekonomi, politik, dan fisik. Baik dari kedua gender, korban akan menelan dampak yang merugikan meskipun bentuk dampak tersebut berbeda. Catahu Komnas Perempuan 2020 menyebutkan bahwa KSBG merupakan jenis kekerasan yang baru dan terus kian meningkat. Pengadaan upaya perlindungan, mekanisme penyelesaian kasus KSBG, dan mitigasi kekerasan terhadap KSBG menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi KSBG adalah:

  • Mitigasi personal yang di dalamnya termasuk peningkatan pemahaman, literasi digital, dan menyadari kerapuhan penyimpanan data siber menjadi upaya  preventif pertama demi mencegah terjadinya KSBG.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline