Lihat ke Halaman Asli

Pancasila, Hafalan atau Aksi Nyata?

Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri banyak pulau. Dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur Indonesia terdapat kekayaan alam dan kebudayaan yang sangat banyak. Banyak gunung yang menyuburkan tanah dan laut di sekitar pulau dapat diambil hasilnya. Tidak hanya sebatas itu saja, orang-orang Indonesia juga sangat beragam baik dari suku, agama, logat, dan masih banyak lagi. Semua itu didasari dan diikat oleh Pancasila yang kita tahu sebagai dasar negara dan ideologi negara Indonesia. Kali ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang Pancasila dan beberapa masalah yang berkaitan dengan Pancasila.

Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dan terdiri dari 2 kata yaitu 'panca' yang berarti 5 dan 'sila' yang berarti asas atau prinsip. Seperti yang kita ketahui, sila-sila dalam Pancasila memiliki lambangnya masing-masing. Sila pertama dilambangkan dengan bintang emas yang terletak di tengah. Lambang tersebut berarti cahaya Tuhan Yang Maha Esa selalu menerangi negara Indonesia. Bunyi sila pertama adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila kedua Pancasila memiliki lambang rantai. Rantai tersebut melambangkan semua rakyat Indonesia bisa bekerja sama dan saling menghargai satu sama lain. 

Bunyi sila kedua yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Sila ketiga Pancasila memiliki lambang pohon beringin. Pohon beringin merupakan pohon yang besar dan kuat. Indonesia diharapkan bisa menjadi semakin kuat dan bersatu meski banyak perbedaan. Bunyi sila ketiga adalah "Persatuan Indonesia". Sila keempat dilambangkan oleh kepala banteng. 

Banteng sediri merupakan hewan yang bergerombol dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Bunyi sila keempat yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan" dan rakyat Indonesia diharapkan agar bisa menyelesaikan masalah dengan musyawarah Bersama dan gotong royong membangun dan melindungi Indonesia. Sila kelima dan yang terakhir berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" dan memiliki lambang padi dan kapas. Padi merupakan lambang pangan dan kapas lambang sandang, jadi di Indonesia tidak ada kesenjangan sosial dan semua mendapat keadilan yang sama.

Sekarang ini, banyak sekali kasus yang sudah dan sedang terjadi berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya korupsi. Korupsi sendiri bertujuan untuk memperkaya orang yang melakukan hal tersebut. Tidak hanya uang, waktu dan usaha juga bisa dikorupi hanya akhir-akhir ini di dalam pemerintahan lebih sering terjadi korupsi uang. Semua uang yang dikorupsi merupakan uang untuk membangun dan menyejahterakan rakyat. 

Artinya orang-orang yang berkorupsi sudah mengambil hak rakyat hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Selain itu, perkembangan dalam segala bidang terhambat karena adanya korupsi. Jika uang yang digunakan untuk membangun negeri dihabiskan maka untuk mengembangkan kehidupan dalam negara menjadi semakin sulit karena sumber daya atau modalnya sudah berkurang.  Korupsi sendiri merupakan pelanggaran sila ke-2 dan ke-5 karena sudah merampas hak miliki rakyat sehingga terjadi ketidakadilan. Mengapa korupsi dan beberapa kegiatan yang melanggar Pancasila semakin banyak?

Menurut penulis, hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang masih belum bisa memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Di saat globalisasi sekarang banyak pengaruh kebudayaan luar yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang-orang di Indonesia. Misalnya saja seperti pengaruh berpakaian yang serba pendek. 

Orang muda sekarang lebih nyaman menggunakan celana yang pendek dan ketat daripada celana atau rok yang panjang dan sopan. Dalam kasus pelecehan faktor ini yang menjadi penggerak utama orang-orang untuk melakukan pelanggaran HAM dan pelanggaran HAM juga merupakan salah satu bentuk penyimpangan nilai-nilai Pancasila.

Sejak kecil, semua orang tidakk dibiasakan untuk menerapkan Pancasila dan hanya menganggap Pancasila sebagai hafalan dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi. Adanya tekanan anak untuk menghafal dan belajar di sekolah dan tidak diawasi dengan baik akan menimbulkan sifat yang tidak peduli dengan penerapan Pancasila. Contoh yang menjadi fakta dalam kehidupan sekarang yaitu ketika diadakannya upacara bendera. 

Upacara bendera sendiri dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta tanah air dan bela negara serta menghargai jasa-jasa para pahlawan dan pendahulu yang sudah bekerja keras membentuk negara Indonesia. Tetapi buktinya hampir sebagian besar peserta upacara hanya menganggap upacara bendera sebagai suatu hal yang merepotkan dan mereka hanya ikut karena wajib saja. Akibatnya mereka tidak mengerti dan memahami lebih dalam apa itu bela negara dan bagaimana kita harus bersikap terhadap keputusan para pahlawan dan pendahulu kita dan akhirnya pemikiran seperti itu terbawa hingga dewasa. 

Buktinya yaitu ketika ada salah satu video yang berisi tentang mahasiswa mahasiswi yang berkumpul dan bersumpah tentang negara khilafah. Lalu di video lain ada juga pernyataan para veteran yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan mahasiswa mahasiswi tersebut dan mereka tetap berpegang teguh pada apa yang telah diperjuangkan oleh mereka yaitu negara Indonesia yang berbentuk kesatuan dengan ideologi Pancasila. Lalu sebagai rakyat Indonesia apa yang bisa kita lakukan agar perpecahan tidak semakin marak terjadi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline