Lihat ke Halaman Asli

Tantiiiaaa

Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Nilai-nilai Fundamental dalam Aswaja

Diperbarui: 5 Juli 2024   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

press.unusa.ac.id

Secara etimologi aswaja terdiri dari tiga kata yakni "Ahlu" diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau pengikut. Kemudian "as-Sunnah" diartikan sebagai jalan atau karakter. Dan "al-Jama'ah " diartikan sebagai perkumpulan, al-jama'ah ialah penganut i'tiqad para jama'ah sahabat nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara terminologi adalah Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabat  beliau, baik dilihat dari aspek akidah, agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati. Secara umum ajaran Ahli Sunnah Wal Jama'ah adalah ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat, yang kemudian dikodifikasi, dihimpun dan ditulis ajaran tersebut oleh Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi. Ajaran ini secara garis besar memiliki 4 (empat) nilai fundamental, yaitu:

Tawazun

Dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) mengacu pada prinsip keseimbangan atau kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial. Nilai ini sangat penting dalam menjaga harmoni dan stabilitas dalam praktik keagamaan serta interaksi sosial umat Islam. Berikut adalah beberapa aspek tentang tawazun dalam Aswaja:

*Keseimbangan Antara Ketaatan dan Kebijaksanaan: Tawazun mengajarkan umat Islam untuk menemukan keseimbangan antara ketaatan terhadap ajaran Islam dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Ini termasuk memahami bahwa agama Islam memberikan pedoman yang jelas, tetapi juga memperbolehkan fleksibilitas dalam penyesuaian terhadap kondisi-kondisi khusus.

*Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat: Aswaja mengajarkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara persiapan untuk kehidupan dunia (duniawi) dan persiapan untuk kehidupan akhirat (ukhrawi). Ini mencakup menjalankan kewajiban-kewajiban dunia secara adil dan bermanfaat, sambil tetap fokus pada ibadah dan amal kebajikan yang membawa pahala di akhirat.

*Keseimbangan Antara Syariat dan Spiritualitas: Tawazun menekankan pentingnya memahami dan menjalankan hukum-hukum syariat Islam dengan tepat, sekaligus menjaga kehidupan spiritual yang mendalam. Hal ini mencakup keseimbangan antara ibadah ritual (seperti shalat, puasa, dan zakat) dengan pengembangan karakter moral dan spiritual yang lebih dalam.

*Keseimbangan Antara Individualisme dan Kolektivisme: Tawazun mengajarkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kolektif umat Islam. Ini mencakup sikap saling membantu, gotong royong, dan membangun komunitas yang solid dan berdampingan secara harmonis.

*Keseimbangan Antara Kepatuhan dan Kepemimpinan: Tawazun menekankan pentingnya memahami peran kepemimpinan dan kewajiban-kewajiban sosial, sambil tetap menghormati otoritas yang sah dalam struktur masyarakat Islam. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara ketaatan terhadap pemimpin yang adil dengan kewajiban-kewajiban sosial yang diperlukan untuk kesejahteraan bersama.

Dengan menerapkan prinsip tawazun, umat Islam yang mengikuti Aswaja diharapkan dapat menjalani kehidupan yang seimbang, harmonis, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat. Tawazun membantu menjaga stabilitas dalam berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang dipegang teguh.

Tawassuth

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline