Seorang remaja yang sedang berusaha melakukan hal-hal terbaik untuk merubah kebiasaan buruknya. Selalu sukar dan kadang bosan jika sudah mendapat teguran dari kedua orang tuanya. Dia Nizar, anak yang keras kepala, manja, dan segala hal yang dikerjakan harus tergantung dengan moodnya. Namun, dia juga termasuk anak yang...(bisa dikata) cerdas. Sifatnya yang selalu jail kepada teman kelasnya, sehingga Nizar pun terkadang jarang diperhatikan oleh teman-temannya.
Kali pertama masuk sekolah Nizar sudah membuat suasana kelas menjadi gaduh. Dengan mengajak teman sebangkunya untuk mengganggu teman baru yang sedang memperkenalkan dirinya di depan. Anak baru itu bernama Naraadinda Laksana atau sebut saja Nadila. Ia anak pendiam, rajin, pintar, dan juga humble. Pindahan dari SMP Nusa Bangsa. Dia pindah karena ayahnya sedang bekerja di kota Surabaya. Ketika Nadila maju kedepan untuk memperkenalkan dirinya, suara dan gerak-gerik Nizar yang ingin mengganggu Nadila, membuatnya sedikit terusik sehingga ia sempat gugup saat di depan. Setelah selesai memperkenalkan diri, Nadila kembali duduk di bangkunya. ~Pelajaranpun dimulai kembali.
Tak lama kemudian bel berbunyi waktu menunjukkan pukul 10.00, siswa-siswi segera bergegas pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sudah berbunyi. Namun berbeda dengan Nadila, hari pertama masuk sekolah ia lebih memilih untuk di dalam kelas saja dan kebetulan juga ia membawa bekal dari rumah. Saat Nadila hendak membuka tepak makannya tiba-tiba Nizar datang. Kemudian ia merebut bekal dari tangan Nadila begitu saja dengan tampang tak bersalah sekalipun.
Nadia tak habis pikir… “apa yang sebenarnya Nizar mau?, mengapa dia terus-terusan menggangguku?”. Akhinya Nadila pun kesal, atas perlakuan Nizar yang seenak jidatnya sendiri.
“apasih sebenarnya mau kamu?! Dari awal sampai sekarang aku perhatiin ganggu aku mulu.”
“emangnya kenapa? Suka-suka aku lah mau ngapain aja.”
“lah kok gitu..? jangan mentang-mentang aku anak baru disini, terus.. kamu seenaknya aja ngerjain aku.”
“busett.. ngomel mulu kaya emak-emak.”
Walaupun dari tadi Nadila tak menggubris kejailan Nizar, kini Nizar sangat senang karena Nadila pun kesal akibat perlakuannya. Tak lama kemudian dengan seiringnya waktu dan mereka juga sering bertengkar akibat hal-hal yang sepeleh, merekapun akhirnya menjadi sahabat dekat. Keduanya saling melengkapi satu sama lain. Saling mengingatkan ketika diantara mereka melakukan kesalahan, baik itu disengaja ataupun tidak.
Nadila sering membantu Nizar ketika ia kesusahan dalam mengerjakan PR nya. Berulang-ulang kali Nadila berusaha menjelaskan kepada Nizar tentang materi yang belum ia ketahui, akan tetapi Nizar belum paham juga. Walaupun begitu, Nadila tidak memarahinya. Namun sebaliknya, Nadila tetap bersabar dan memikirkan bagaimana penjelasannya agar bisa dipahami oleh Nizar. Keesokan harinya ketika di sekolah, Nizar mendapatkan soal yang sama seperti apa yang ia pelajari bersama Nadila kemarin. Tiba-tiba Bu Yuni menyuruhnya untuk mengerjakan soal tersebut di depan. Nizar pun terkejut mendengar pernyataan tersebut, “mampusss… mana kemarin aku udah lupa, gimana cara ngerjainnya?”. Mau tidak mau Nizar harus maju kedepan untuk mengerjakan soal yang sudah ada.
“Bu… kalau cara saya salah tidak apa-apa ya bu?”
“Iya tenang aja.. Ibu hanya ingin tau seberapa paham kalian terhadap materi yang sudah ibu jelaskan kemarin.”
Nizar mencoba semaksimal mungkin untuk mengingat kembali bagaimana cara mengerjakan soal yang serupa, akan tetapi beberapa cara tersebut belum bisa ia ingat. Karena sudah terlalu lama berpikir, akhirnya Nizar mengerjakan semampunya.
“Sudah Bu, boleh saya kembali ke tempat duduk?”
“Ya. Baik Nizar, terimakasih.”
Setelah Nizar kembali ke tempat duduknya Bu Yuni langsung membahas soal tersebut bersama-sama.
“Dari sini sudah bisa dipahami ya? bagaimana langkah-langkah untuk mengerjakan soal yang sudah di kerjakan oleh Nizar tadi.”
Dengan serentak mereka menjawab “paham Bu……”. Karena materi sudah habis Bu Yuni memilih untuk mengadakan ulangan harian pada pertemuan berikutnya.
Tibalah hari dimana ulangan harian Matematika tersebut dimulai. Ntah Nizar lupa atau bagaimana, ternyata kemarin malam ia sama sekali belum belajar. Akhirnya Nizar mendapatkan nilai di bawah KKM. Bu Yuni berpesan kepada mereka “hasil ulangan tersebut yang sudah di bagikan harus disertai tanda tangan orang tua, berlaku kepada semua siswa. kemudian hasil ulangan diserahkan kembali ke Bu Yuni. Saya tunggu di meja saya besok”. Hal itu dilakukan, agar orang tua mereka mengetahui bagaimana hasil pencapaian anak-anak mereka selama tengah semester ini. Mengetahui nilai Nizar jelek, orang tuanya marah kepadanya. Nizar hanya diam dan tidak berani untuk membantah.
Semenjak itu tingkah Nizar berbeda dari sebelumnya, terdiam mungkin salah satu cara Nizar ketika enggan untuk bercerita. Ya… itulah Nizar, memilih bungkam daripada dia harus bercerita sehingga moodnya semakin buruk. Tak lama kemudian perlahan-lahan mood Nizar mereda, dia mulai berpikir untuk bangkit dari keterpurukannya dan mencoba bercerita kepada Nadila apa yang terjadi setelah Nizar menunjukkan hasil ulangannya kepada orang tuanya. Sebagai sahabat yang peduli pada Nizar, Nadila tak segan-segan membantunya agar nilai Nizar di semester yang akan datang bisa lebih baik lagi. Berbagai banyak hal yang dilakukan oleh mereka… mulai dari belajar bersama setiap pulang sekolah, mencoba berlatih soal-soal yang ada, dan menjelaskan ketika Nizar belum mengerti materi yang mereka pelajari.
Tak terasa Ujian Akhir Semester sudah di depan mata dan setelah 1 minggu lamanya mereka semua berperang dengan kertas yang di dalamnya terdapat soal-soal yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Setelah melewati remidi untuk perbaikan nilai-nilai yang di bawah KKM, hasil rapotpun keluar. Tak disangka nilai Nizar meningkat, dan dia mendapat peringkat 5 besar. Dia cukup bangga dengan apa yang telah dicapainya. Ternyata hasil kerja kerasnya selama satu bulan belajar bersama Nadila. Dengan memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar, tidaklah sia-sia baginya. Mendengar kabar baik tersebut, kedua orang tua Nizar sangat bangga padanya. Tak lupa Nizar juga berterimakasih kepada Nadila karena selama ini dia sudah membantu Nizar dalam belajar.
Seorang Nizar yang kadang mudah untuk putus asa. Kini telah tertanam pada dirinya, kedisiplinan dan rasa tak pernah kenal lelah dalam menggapai sesuatu yang diinginkannya. Sehingga hal itu membuat Nizar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
---
Sahabat itu seperti bintang.
Meskipun jauh, namun kehangatan sinarnya tetap selalu dekat.
Sahabat sejati bukanlah mereka yang memiliki banyak persamaan, akan tetapi merekalah yang memiliki pengertian terhadap setiap perbedaan.
Dan hal yang terindah dari persahabatan adalah memahami dan dipahami, tanpa pernah memaksa dan ingin menang sendiri.
Nama: Tanti Nur Jannah
NIM : 1130022103
Prodi : S1 Keperawatan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Tugas UTS B. Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H