Lihat ke Halaman Asli

Tansy Azalia

Mahasiswa

Meningkatkan Minat Baca pada Anak dengan Mendirikan "Rumah Literasi"

Diperbarui: 11 Desember 2021   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia sejak bulan April 2019 membawa dampak perubahan yang besar dalam berbagai aspek khususnya pada aspek pendidikan, yaitu berubahnya sistem pendidikan di Indonesia yang melakukan pembelajaran jarak jauh. Adanya pembelajaran jarak jauh ini sangat bergantung pada penggunaan perangkat eletronik seperti gawai, laptop sebagai alat pembelajarannya. Hal ini menjadi permasalahan pada pembelajaran bagi anak usia sekolah dasar khususnya yaitu pada aktivitas pembelajaran membaca. Anak-anak memang lebih tertarik dengan adanya pembelajaran dengan konten-konten visual, namun hal tersebut dapat menimbulkan dampak buruk terhadap minat baca mereka. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka akan menjadi masalah besar dalam pendidikan di Indonesia, sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki serta meningkatkan minat baca atau literasi pada anak salah satunya dengan mendirikan taman baca.

Melihat permasalahan minat baca pada anak yang tergolong rendah, sekelompok remaja di wilayah Kelurahan Pegadungan tergerak untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut dengan mendirikan sebuah taman baca di salah satu rumah warga. Karena didirikan di salah satu rumah warga maka taman baca ini bernama Rumah Literasi. Ada beberapa motif dibalik pendirian Rumah Literasi diantaranya yaitu motif tujuan dan motif alasan

"Tujuan utama didirikannya Rumah Literasi karena melihat kondisi anak-anak yang sudah mulai kecanduan bermain handphone, takut minat baca anak turun maka dari itu saya dan teman-teman lainnya berinisiatif untuk mendirikan Rumah Literasi ini". ujar salah satu remaja pendiri Rumah Literasi.

Menurut pendapat saya sebagai salah satu pendiri Rumah Literasi, alasan lain dibalik pendirian Rumah Literasi yaitu karena saya dan teman-teman remaja lainnya ingin melestarikan budaya membaca di masyarakat yang harus ditanamkan sejak usia anak-anak. Memang dengan adanya internet memudahkan kita untuk mencari informasi, namun budaya membaca buku jangan sampai dihilangkan. Karena dengan kita membaca buku, kita dapat mengetahui arti buku sesungguhnya serta kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan dari buku yang kita baca.

Sistem kerja dari Rumah Literasi ini yaitu anak-anak diperbolehkan datang untuk membaca buku ataupun meminjam buku dengan syarat setelah waktu 1 minggu buku yang dipinjam harus dikembalikan, dan diperbolehkan meminjam buku lainnya lagi. Jam operasional Rumah Literasi ini dibuka setiap hari, di hari-hari sekolah dibuka di sore hari pukul 3 sore hingga pukul 5 sore, sedangkan di hari libur dibuka pukul 9 pagi hingga 4 sore. Dibuka di sore hari karena ingin mengisi waktu luang anak dengan kegiatan membaca dibandingkan mengisi waktu luang anak dengan dibiarkan bermain gawai.

Respon masyarakat mengenai adanya Rumah Literasi ini sangat baik, banyak masyarakat yang mendukung dengan kegiatan taman baca ini. Masyarakat khususnya para orang tua merasa terbantu dengan adanya Rumah Literasi di lingkungan mereka. Tidak sedikit orang tua yang merasa kesulitan dalam mengurangi penggunaan gawai pada anak, dengan adanya Rumah Literasi membantu para orang tua dalam mengurangi penggunaan gawai pada anak. Selain itu, dengan adanya Rumah Literasi ini kegiatan anak di waktu luang jauh lebih bermanfaat dengan membaca buku dibanding dengan bermain gawai dalam waktu yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline