Lihat ke Halaman Asli

Nasib Singa Angkasa di Hari Tahun Baru Kambing Kayu

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gong Xi Fat Chai buat semua teman dan saudara yang merayakan Imlek. Hari Rabu kemarin sepertinya banyak yang pakai baju merah pada senang makan bersama keluarga. Yang masih kecil juga senang terima amplop merah Ang Pao, lumayan buat jajan. Tapi di Imlek 2015 Indonesia ada satu warna merah yang malah muram, yaitu si Lion Air. Muramnya juga bukan di langit, tapi justru di darat. Soalnya di sehari sebelum Imlek, sampai sehari sesudah, justru penerbangan Lion Air banyak delay dan dibatalkan. Kalau lihat berita, ada ratusan penerbangan tertunda yang mengakibatkan 2.000 orang terhambat perjalanannya. Bahkan ada yang bilang selama 17-18 Februari itu ada 140 rute Lion Air berantakan karena ada 6 pesawatnya yang rusak.

Pemilik Lion Air, Rusdi Kirana sendiri dikabarkan sudah meminta maaf dan katanya akan perbaiki operasional maskapainya:


"I apologise to our passengers and we are giving them compensation," co-founder Rusdi Kirana told Reuters.

"We do understand that we made a mistake," he said. "It is a good lesson for us concerning coordination between the commercial and engineering teams."

Tapi ya di tengah capeknya badan, kedinginan atau kepanasan, sama gelisah-nya para penumpang Lion Air, akhirnya emosi yang menang. Di berita bahkan ada petugas Lion Air yang disandera penumpang.

Lion Air memang harus segera meningkatkan kinerja layanannya. Bukan hanya karena kejadian selama Imlek 2015, tapi karena Lion Air itu market leader di angkasa Indonesia. Artinya banyak banget orang Indonesia yang menggunakan jasa Lion Air setiap tahunnya. Data tahun 2012 CAPA Centre for Aviation nunjukin kalau Lion Air ditambah Wings Air itu pegang 45 persen pasar. Garuda Indonesia sama Citilink aja Cuma 23 persen. Belum lagi catatan CAPA di situ nunjukin di tahun 2013 jumlah penumpang Lion Air Group itu sampai 36 juta orang.

Bayangkan kalau 36 juta penumpang Lion Air Group per tahun, berarti per bulan ada 3 juta penumpang naik Lion Air Group, trus itu berarti 100 ribu penumpang per harinya. Kalau intip-intip di internet sih si Rusdi Kirana emang pernah bilang sehari itu Lion Air bisa terbang 700 kali dan ladenin 100 ribu penumpang. Jelas itu bejibun banyaknya. Kalau kemarin pas Imlek 2015 bener 2.000 orang yang keganggu perjalanannya selama tiga hari, berarti mungkin masih ada 298.000 orang yang tiga hari itu masih berangkat naik Lion Air.

Di bidang jasa apapun memang ada istilah “pelanggan adalah raja”. Sekarang ini setiap hari-nya Lion Air harus ladenin 100 ribu ‘raja’, yang rata-rata pasti pingin yang terbaik dan serba sempurna semuanya. Pertanyaannya kenapa sih 100 ribu ‘raja’ itu setiap harinya pingin naik Lion Air? Kayaknya sih ya karena harganya murah. Namanya juga Low Cost Carrier (LCC). Bandingin aja sama Garuda. Kalau ke Surabaya dari Jakarta aja, naik Garuda pulang pergi harga tiketnya bisa antara 3-5 juta. Tapi kalau naik Lion Air buat jalur yang sama paling Cuma bayar 1,2-2 juta. Jelas ini hemat banget. Apalagi buat orang-orang kelas menengah-menengah atau menengah-bawah (intinya gak miskin, tapi juga gak kaya), dapat tiket pesawat harga 1,2-2 juta itu ngebantu banget. Jadi makin ada uang buat jajan atau nginep di hotel yang enak kalau pas lagi liburan. Kalau sama keluarga tambah kerasa hematnya. Punya anak satu aja berarti tiga orang pulang pergi. Kalau harga tiket satu orangnya 4 juta, bertiga ya jadi 12 juta. Kalau harga tiket satu orangnya 1,5 juta ya cuma 4,5 juta. Hemat deh 7,5 juta. Lumayan banget.

Memang ada LCC lain di Indonesia seperti Sriwijaya Air sama Citilink, tapi jumlah jalur sama pesawatnya masih lebih banyak Lion Air. Citilink aja tahun 2014 masih 24 pesawat. Bandingin sama Lion Air yang sekarang ada 110 pesawat dan udah pesan 707 pesawat lagi sama Boeing dan Airbus.

Jadi emang gak segampang milih restoran. Kalau gak mampu makan Sushi Tei, kita masih bisa pilih KFC, ataupun bisa makan Warteg yang murah meriah dan banyak di pinggir jalan. Kalau urusan naik pesawat, emang kalau kita gak mampu beli tiket Garuda, ya yang ada itu Lion Air. Kalau gak ada Lion Air, ya bisa jadi kelas menengah Indonesia tetap harus naik bus, kereta, atau kapal laut kalau pindah pulau. Kebayang waktunya tetep lebih lama dibanding naik pesawat.

So, now kita harap Lion Air penuhi janjinya untuk perbaikin layanannya supaya 100 ribu orang ‘raja’ di Indonesia tetap bisa nikmatin naik pesawat walaupun gaji juga masih mepet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline