Lihat ke Halaman Asli

Krisis Semikonduktor Dunia, Petaka yang Membawa Perdamaian Dunia

Diperbarui: 15 September 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan emas maupun berlian, material ini menjadi rebutan berbagai negara di penjuru dunia. Semikonduktor adalah sebuah material penghantar listrik yang berada di antara isolator listrik dan konduktor listrik, dengan kata lain berada di pertengahan dalam menghantarkan listrik. Alasan material ini menjadi sangat berharga adalah karena material ini digunakan dalam berbagai macam industri. Dari industri teknologi hingga kemiliteran, komponen ini sangat vital perannya. Maka dari itu, banyak negara berlomba-lomba dalam mencari maupun memproduksi komponen ini.

Dunia yang dilanda pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan produksi semikonduktor hingga menuju krisis semikonduktor. Tak hanya industri teknologi, otomotif, hingga militer terdampak krisis ini. Dalam dunia kemiliteran sendiri, semikonduktor merupakan komponen penting dalam pembuatan rudal hingga alat utama sistem persenjataan (alutsista) seperti tank. Maka tak heran jika kelangkaan semikonduktor global mengakibatkan negara-negara saling bersaing. Sejauh ini, pasokan semikonduktor terbesar berasal dari Republik Tiongkok atau yang lebih dikenal sebagai Taiwan. Diketahui, lebih dari 50% pasokan semikonduktor dunia diproduksi oleh perusahaan asal Taiwan.

Semikonduktor sangat penting dalam dunia kemiliteran, terutama dalam pembuatan rudal. Semikonduktor berperan sebagai otak dalam sistem rudal, sebagai penentu arah trayektori rudal untuk meluncur ke arah target. Maka, material ini sering digunakan dalam pembuatan rudal balistik yang membutuhkan keakuratan trayektori dalam pembuatannya. Korea Utara merupakan salah satu negara yang aktif dalam melakukan uji coba dan pengembangan rudal balistik antarbenua. Rudal balistik antarbenua mereka mampu dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir maupun kimia dan biologis. Tak hanya itu, rudal jelajah maupun rudal serang darat mereka tentu saja membutuhkan komponen ini. Dengan kata lain, Korea Utara tentu saja terdampak krisis semikonduktor ini.

Krisis ini semakin diperburuk oleh situasi konflik perang Rusia-Ukraina. Perang yang terjadi sejak tahun 2022 hingga saat ini semakin tidak menemukan titik terang antara kedua belah pihak. Negara-negara aliansi, baik dari pihak Ukraina maupun pihak Rusia, terus-menerus menyuplai senjata, amunisi, kendaraan lapis baja, rudal jelajah, hingga rudal balistik, yang semakin memperpanjang jalannya pertempuran.

Korea Utara diketahui menyuplai rudal balistik jenis KN-23 atau KN-24 kepada Rusia. Yang paling mengejutkan adalah komponen semikonduktor rudal buatan Korea Utara tersebut sebagian besar berasal dari perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa Korea Utara juga bergantung pada komponen semikonduktor yang berasal dari luar negeri. Semakin memperkuat argumen bahwa banyak negara saling berebut untuk mencari komponen semikonduktor di penjuru dunia.

Dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina menjadi penghambat pembuatan rudal balistik antarbenua Korea Utara. Dengan berbagai upaya, mereka mencari cara agar dapat memproduksi komponen ini di dalam negeri demi memuluskan pembuatan rudal balistik berhulu ledak nuklir mereka. Korea Selatan mengungkapkan pada bulan Maret tahun 2024 bahwa Korea Utara berupaya melakukan serangan siber kepada dua perusahaan semikonduktor Korea Selatan. Peretasan ini disinyalir sebagai upaya menghindari sanksi dan memproduksi semikonduktornya sendiri.

Jika krisis semikonduktor terus berlanjut, maka akan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, negara di dunia akan kesulitan memproduksi produk elektronik seperti laptop, smartphone, dan alat elektronik lainnya. Di sisi lain, negara seperti Korea Utara yang mengembangkan rudal balistik antarbenua sebagai alat provokasi dan propaganda mengalami kesulitan produksi akibat kelangkaan komponen semikonduktor. Sehingga, Korea Utara harus berpikir dua kali untuk melakukan uji coba rudal balistik mereka karena semakin menipisnya stok komponen semikonduktor, dan di sisi lain mereka juga menyuplai rudal balistik ke Rusia.

Ancaman senjata pemusnah massal di Semenanjung Korea sudah menjadi agenda tahunan tiap kali Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua. Namun kali ini tidak berguncang, seakan-akan Korea Utara kehilangan taringnya. Entah sampai kapan krisis semikonduktor ini akan terus berlanjut. Namun, setidaknya hal ini dapat menjadi pendorong perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara membutuhkan komponen semikonduktor dan Korea Selatan mampu memproduksinya. Hal ini menjadi daya tawar Korea Selatan dalam menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea. Kita tidak ingin lagi melihat ribuan hingga jutaan masyarakat tak bersalah menjadi korban keganasan berbagai konflik di penjuru muka bumi ini.

Hal yang sama dirasakan oleh Tiongkok yang terus melakukan provokasi kepada Taiwan. Walaupun kedua negara dapat memproduksi komponen semikonduktor secara mandiri, Tiongkok juga harus berpikir dua kali jika ambisi merebut Taiwan dilaksanakan. Tentu saja hal ini akan menjadi perhatian dunia internasional dan memperkeruh krisis semikonduktor. Meskipun kita tidak mengetahui kapan Tiongkok akan menjalankan ambisinya.

Cukuplah konflik Rusia-Ukraina sebagai pelajaran akan dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat sipil. Indonesia sebagai negara maritim dan berposisi strategis sudah sepatutnya menaruh perhatian lebih terhadap konflik maupun ketegangan di wilayah negara lain. Tak terkecuali di Semenanjung Korea, banyak WNI yang menetap di wilayah tersebut. Kita sebagai negara mempunyai kewajiban untuk melindungi setiap warga negara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline