Mengenang terindah
Fahrul Tanjung
hari demi hari silih berganti
engkau masih diam disini
aku putar waktu dengan iri
berharap kisah kan kembali
tapi waktu berlari tak peduli
meninggalkan ku diam sendiri
mencari jawaban kegundahan hati
Angsa kecil yang anggun menari
Dulu bersama mengejar pelangi
kedalam hutan pencari peri
Menerobos ilalang dimalam hari
kini waktu yang kau hampiri
tak kan pernah datang kembali
walau setahun sudah menanti
mereka baru berbeda pribadi
setelah lahirnya anak kenari
menjadi sepasang mata dan saksi
Di pengadilan yang Maha tinggi
Rasanya tak apa mengingat usia
mengucap selamat berbagi rasa
kau tahu milad dalam agama
pasti tak ada hura-hura
tak ada suara gaduhnya pesta
Lemparan terigu dan telur yg gila
apa lagi menggangu tetangga
hanya ada suara lirih doa
mengisi barakahnya usia
merayakan karunia hidup di dunia
waktu pagi bercerita ke satu masa
tentang cinta,musim semi,dan bunga.
perjuangan,ujian, dan masa muda
cerpen pengabdian sebelum senja
Dan nikmatnya teh saat langit jingga
Bagaimana harus ku hitung dosa
Bagaimana bisa ku simpan rasa
Bagaimana ikhlas dan pahala
Bagaimana ku asah jiwa
milad,ulang tahun, berbahagia
bukan ibadah dan hari raya
tapi menyentuh dan bermakna
hal yang dielukan sebagian manusia
sejajar perhatian,peduli sesama
adakah usia bisa bertambah
atau justru berkurangnya jatah
adakah usia yang berkah
mengharap tanda dan hadiah
konon katanya milad tradisi bid'ah
Perayaan yang terpinggir
atau aku si fakir ilmu yang tak bersyukur
terlalu fanatik atau berbalik ingkar
tak pernah berfikir dan bertadabur
kapan pun sang angsa lahir
dalam hijriyah,masehi, atau saka
hari ini,besok,atau lusa
perhitungan samsiyah atau qomariyah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI