Lihat ke Halaman Asli

Dari Real Madrid, Ratna hingga Revolusi

Diperbarui: 3 Oktober 2018   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah empat kali memenangi Liga Champions bersama Madrid, Cristiano Rolando mencoba mencari pengalaman baru ke klub Italia, Juventus. Mungkin saja, Juventus menjadi tempat terakhir bagi Ronaldo untuk mengakhiri profesinya sebagai pemain sepakbola. Di usia 30 ini, megabintang asal Portugal yang dibeli Juventus dengan harga 100 juta Euro meninggalkan dampak yang luar biasa bagi Real Madrid.

Menjadi orang yang dikenal oleh publik, siapapun itu akan selalu menjadi perbincangan hangat. Seperti yang terjadi pada Ratna Sarumpaet beberapa hari ini. 

Viral foto-foto Ratna Sarumpaet di media sosial yang diberitakan babak belur oleh pelaku yang tidak dikenal. Namun, penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian mengatakan bahwa Ratna Sarumpaet sedang melakukan operasi plastik bukan habis dipukul. Tidak ada kebenaran mutlak kecuali kebenaran yang datangnya dari Pencipta.

Apa yang terjadi kepada Ratna terjadi pula kepada Ronaldo, namun lain cerita. Kepindahan Ronaldo ke Juventus menjadi perbincangan seru dikalangan aktivis sepak bola. 

Mantan pemain Juventus Platini, melihat kepindahan Rolando adalah hal yang aneh. ""Saya rasa aneh bahwa di usia 33 tahun dia meninggalkan Real Madrid-nya, yang mana bersama mereka dia telah memenangi tiga Liga Champions beruntun, demi mencoba tantangan baru," kata Platini dilansir AS.

Kata orang, hidup adalah sebuah pilihan. Dalam dunia sepakbola pun tak ada salahnya berganti-ganti klub baik dalam usia berapapun. Pilihan dan keputusan Ronaldo terlihat sangat ganjal. Tapi, bagi Ronaldo tentu ia menikmati setiap momen dimanapun dia bermain. Dan disetiap tempat tentu memiliki tantangan dan cobaan tersendiri.

Lain halnya dengan nasib Real Madrid hari ini. Seakan kepindahan Ronaldo adalah hal yang paling buruk bagi mereka. Ditambah dengan pensiunnya Zidane Zidan dari kursi kepelatihan. 

Kekalahan dua kali beruntun dan sekali imbang di awal musim ini, menandakan Real Madrid butuh pemain yang bisa menggantikan posisi Ronaldo. Gareth Bale belum mempunyai kapasitas itu. Sedangkan Benzema seorang striker murni tidak juga cocok, apalagi usia yang semakin tua. Pemain-pemain muda pun minim pengalaman dan keliatan belum siap bermain di level professional.

Mungkin tak selamanya kemenangan selalu bertahan disuatu tempat dan kekalahanpun juga demikian. Kemenangan empat kali pada Liga Champions sudah cukup bagi Madrid untuk mengantarkannya sebagai klub terbaik di Eropa. Mungkin, musim ini bukan lagi milik Madrid. Bosan juga toh Madrid terus yang ngangkat Si Kuping Besar?

Pergiliran menang dan kalah adalah niscaya. Baik di level individu, tim, bahkan suatu bangsa. Hal inilah yang mesti disadari. Maka, ketika berada pada puncak-puncaknya masih bisa rendah hati. Ketika berada pada titik bawah tidak pula merasa rendah diri. Inilah namanya keseimbangan.

Keseimbangan inilah yang tidak boleh dikacaukan, ini sebuah prinsip dalam kehidupan. Tak perlu iri hati dan menyombongkan diri. Ketika dari salah satu ada yang menyombongkan diri dan salah satu lainnya iri hati, inilah yang nanti akan menimbulkan namanya pemberontakan. Seperti apa yang pernah terjadi pada Gereja. Ketika Gereja menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan dan menekan orang untuk tidak berpikir hanya mengikuti dogma Gereja, terjadilah pemberontakan oleh kaum Intelektual yang dipelopori oleh Martin Luther.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline