Manusia tidak bisa lepas dari kegiatan belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2013:10). Kegiatan belajar didapatkan oleh siswa melalui suatu pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun non formal.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Semenjak masa pandemic Covid-19 melanda Indonesia sejak tahun 2020, pemerintah mengajurkan bagi setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran daring sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19 di kalangan siswa.
Sadikin dan Afreni (2020) menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Sesuai anjuran pemerintah, di SD Negeri Saripan telah melaksanakan pembelajaran daring, tetapi pelaksanaan pembelajaran daring tersebut berjalan kurang efektif dan menyisakan kebosanan. Satu per satu keluhan para orang tua siswa semakin bertambah. Mereka menginginkan agar putera-puterinya diizinkan untuk kembali masuk sekolah.
Pembelajaran daring yang selama ini berjalan dirasa memiliki berbagai kendala, di antaranya: 1) siswa tidak memiliki smarthphone, 2) akses sinyal yang kurang memadai dan atau terkendala kuota, 3) orang tua siswa sibuk bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mendampingi putera-puterinya dalam mengerjakan tugas atau belajar, 4) pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi baik dari segi model pembelajaran, media maupun metode yang digunakan. Dari berbagai kendala ini, tentunya menjadikan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran daring. Kami berharap kondisi tersebut tidak berlarut-larut dan berharap ada peningkatan movitasi belajar maupun aktivitas belajar siswa.
Sebagai guru yang professional, kami berupaya mengembangkan keterampilan abad 21, literasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kami mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan keterampilan tersebut. Pemilihan model, metode maupun media kami sesuaikan dengan karateristik siswa. Kami mencoba menerapkan pembelajaran daring melalui zoom meeting. Adapun model pembelajaran yang kami terapkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Menurut Jokowarino (2020), Zoom Meeting adalah aplikasi komunikasi yang berbasis video. Aplikasi ini tergolong aplikasi yang fleksibel karena bisa diakses via Android, iOS, dan website sehingga, memudahkan para penggunanya untuk menggunakannya di smartphone atau lewat komputer. Aplikasi Zoom Meeting kerap dijadikan sebagai alat untuk meeting jarak jauh terutama dengan video.
Pembelajaran daring melalui zoom meeting ini kami mulai dari kelas 1. Sosialisasi singkat telah kami sampaikan kepada orang tua siswa. Kami meminta kerjasama orang tua siswa kelas 1 untuk menginstall aplikasi tersebut dan memberi arahan tentang cara penggunaannya.
Setelah melalui dua kali latihan, kami pun mengadakan pembelajaran daring menggunakan zoom meeting untuk pertama kalinya. Alhamdulillah, antusias orang tua dan siswa sangatlah besar. Dari 10 siswa kami, ada 9 siswa yang mengikuti pembelajaran ini. Kelemahan pada pembelajaran daring yang pertama terkendala pada akses sinyal yang kurang stabil sehingga penyampaian materi sedikit terhambat.
Pembelajaran daring melalui Zoom meeting yang kedua, kami terapkan di kelas 2. Sejalan dengan di kelas 1, antusias di kelas 2 ini juga tidak kalah hebatnya. Baik orang tua dan siswa menyambut baik pembelajaran daring ini. Seperti pembelajaran pada umumnya, dalam pembelajaran daring ini kami menyampaikan: salam, mengecek absensi siswa, berdoa, mengajak siswa untuk menyanyikan lagu nasional "Garuda Pancasila", menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, kami menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Materi pembelajaran, kami sampaikan ke siswa melalui pemutaran video pembelajaran dan tampilan slide power point. Agar pembelajaran lebih menyenangkan, jangan lupa berikan ice breaking atau neurosains agar otak kiri dan kanan siswa seimbang. Meskipun pembelajaran daring ini diterapkan melalalui zoom meeting, pendidikan karakter harus kita tanamkan.
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan kewajiban pendidik bagaimanapun kondisinya. Semoga pembelajaran daring melalui zoom meeting yang kami terapkan dapat menjadikan acuan bagi para pendidik lainnya dalam mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan di masa pandemic Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA