Lihat ke Halaman Asli

"Lho? Kok Bisa?"

Diperbarui: 24 Juni 2016   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 Alkisah, hiduplah seorang ABG  yang bernama Taya. Sama seperti ABG ABG di umurnya, ia suka bersosialisasi, menganggap tugas sekolah membosankan, dan mencari jati diri.

Taya suka menulis. Mumpung masih muda dan produktif, ia menggunakan masa mudanya untuk mengembangkan bakatnya. Tak jarang ia sering mengikuti lomba menulis. Entah itu dari media, kementrian, atau lembaga-lembaga internasional. Ia senang sekali saat pertama kalinya memenangkan lomba menulis. Taya dipertemukannya dengan teman-teman dari berbagai daerah untuk mengikuti pelatihan menulis di luar kota. Setelah selesai pelatihan, anak SMA ini pun semakin semangat untuk ikut lomba-lomba lagi. Pokoknya setiap lomba menulis harus aku ikuti! Batinnya.

Kebetulan, salah satu teman pelatihannya, Satya juga tinggal di satu daerah dengannya. Sipp deh, jadi setiap ada lomba-lomba atau acara, Taya ada teman yang sehobi untuk nemenin, dong.

 Sampai pada suatu hari, mereka mengikuti lomba menulis bersama, keluarlah hasil seleksi. Besar harapan dan optimisme Taya untuk memenangkan lomba.  Ketika ia membuka halamannya, tadaaa, tidak ada namanya dilist pemenang. Tapi tepat diurutan ke 5, nama Satya Graha tertulis jelas. Sedih plus kecewa hati Taya, Ah, mungkin hanya saat ini saja. Lomba berikutnya aku pasti menang, hiburnya.

Akhirnya, Taya yang tak patah semangat untuk terus dan terus mengikuti lomba menulis. Berkali-kali dan terus-terusan hingga ia kalah lagi, kalah lagi, sedangkan Satya tetap mendapatkan kemenangan. Taya tak mau kalah, iya terus menulis dan menulis bahkan sampai ia lihat gaya tulisan Satya. Ia teliti setiap paragraf, kalimat dan kata untuk melihat kelebihan tulisan Satya.

Lanjut, sampai akhirnya ia menemukan kunci yang membuat tulisan Satya yo jelas menang. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencoba mengikuti lomba menulis lagi dengan gaya tulisan Satya. Harapannya begitu besar. Bahkan lebih besar dari sebuah nangka yang matang dan manisnya bukan kepalang, ehe.

Huftt, lelah... Aku yakin kali ini aku menang, pikirnya. Okee, pengumuman tiba. Dengan secepat cahaya, Taya langsung surfing ke web dan melihat hasil pengumuman. Tak disangka-sangka, ternyata, lagi-lagi namanya tak terpampang di daftar pemenang. Apa yang salah dariku? Tak mau ia menjadi bak puteri malu yang disentuh, layu, menyerah. Maka, ia coba lagi dan coba lagi. Entah berapa banyak lomba yang ia ikuti, juga pengharapan besar yang ia harapkan. Ia masih bertekad kuat untuk menang!!! Saluttt

Ia gagal lagi. Namanya tidak ada di urutan pemenang. Sekarang ia sadar, bahwa ia putus asa. Taya akhirnya berada pada titik keputusasaan orang-orang bekerja keras. Ia diam, menangis.

Terisak-isak sambil memperhatikan nama Satya di layar handphonenya. Sedih bercampur kesal dan kecewa. Ia berpikir dan berpikir. Gaya tulisannya gak beda jauh dari aku!!Kesalnya di dalam hati.

Siapa sih ibu yang tidak sedih melihat anaknya menangis? Alhasil, sang ibunda Taya pun menghampiri Taya sambil mengelus rambutnya yang super kasar kaya ijuk. Waduh, ibu yang tadinya mau nyayangin malah ilfeel (ilang feeling) sama rambut Taya.

Baru ibunya mau memastikan bahwa Taya belum keramas,Taya sudah merasakan kasih sayang ibunya saat itu. Ia langsung memeluk ibu dan berkata, “Aku gak mau nulis lagi bu...”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline