Lihat ke Halaman Asli

Nelayan Indonesia di Taiwan, Gaji Habis karena Potongan

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika mendengar keluh kesah mereka, pasti hati miris. Di tengah ganasnya lautan, hanya berperahu sampan mereka harus bekerja siang malam. Sementara janji manis dengan upaah jutaan hanya pepesan kosong yang banyak di janjikan para calo pencari kerja di luar negeri khususnya Taiwan.

Taiwan ternyata bukan negeri yang menjanjikan bagi para nelayan Indonesia. Banyak dari mereka merasa kapok setelah mengetahui medan dan kondisi kerja sebagai nelayan di Taiwan. Sementara gaji yang dijanjikan tak sesuai dengan harapan sejak mereka berangkat.Hal ini terjadi karena para nelayan hanya mengetahui jumlah gaji dari pemerintah Taiwan yakni sebesar 17.280 nt perbulan(1nt=286rp). Namun pada kenyataannya mereka masih harus melalui potongan-potongan diantaranya potongan agenci fee sebesar 1800 perbulan di tahun pertama, 1700 perbulan di tahun kedua dan 1500 perbulan di tahun ke tiga. Potongan hutang mereka dari Cina trust atau Bank penjamin saat mereka akan berangkat plus bunga yang rata-rata diambil di tahun pertama atau selama 12 bulan. Potongan uang makan sebagai konpensasi majikan terhadap tenaga kerja Taiwan yang diambil alih oleh TKI sebesar antara 2500-500. Potongan pajak sebagai kewajiban warga asing yang bekerja di Taiwan, potongan askes dan astek.

Rata-rata slip gaji dari para nelayan itu di tahun pertama hanya bisa menerima antara 2000 hingga 4000 nt saja, selanjutnya di tahun kedua baru bisa merasakan gaji 7000 nt dan di tahun ke tiga baru mencapai 10.000nt.

Hal ini tentu sangat jauh dari harapan para nelayan sebelum mereka berangkat. Gaji jutaan yang bakal mereka terima ternyata habis di potong sana- dan sini. Sementara kondisi kerja yang sangat rawan kecelakaan karena tak sedikit kapal nelayan di Taiwan hanya kapal kecil.Hingga tak jarang kasus kecelakaan kerja dan hilang di laut merupakan kasus kematian nomor satu yang terjadi di tengah per TKIan Taiwan.

Berbondong-bondongnya para nelayan ke Taiwan ternyata mereka mengaku jika di negerinya sendiri, negeri bahari tak menjanjikan kehidupannya lebih baik" Saya pikir menjadi nelayan di Taiwan keadaan akan berubah, ternyata justru kita terperosok kedalam lubang. Yakni lubang hutang PT dan agen,"ungkap Nur Slamet salah seorang nelayan di pelabuhan Fuxinggang." Andai saja pemerintahan kita pinter mengelola hasil lautnya dan mendaya gunakan kami para nelayan, pasti nasib kami tak terkatung-katung di negeri orang. Kerja di negeri sendiri hanya tersandung dengan mahalnya bahan bakar dan ikan di beli murah oleh tengkulak. Kerja di negara orang kami seperti budak yang tenaga kami tak dihargai dengan gaji yang memuaskan."imbuh Nur Slamet yang juga dibenarkan rekan-rekannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline