Lihat ke Halaman Asli

Tania Natalia

Mahasiswa

Teori Kecerdasan Emosional menurut Daniel Goleman: Pilar Kesuksesan Pribadi dan Profesional

Diperbarui: 8 November 2024   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Daniel Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional(Emotional Intelligence, EI) adalah faktor yang jauh lebih penting daripada IQ dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupan pribadi dan profesional. Goleman mengembangkan teori ini dengan memandang kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan memanfaatkan emosi dalam berbagai situasi. Menurutnya, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih mampu berinteraksi dengan orang lain secara efektif, mengelola konflik, serta menjaga keseimbangan emosional, yang semuanya sangat berpengaruh terhadap pencapaian kesuksesan.

Dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995), Goleman mengidentifikasi lima komponen utama kecerdasan emosional yang menjadi dasar untuk membangun hubungan yang kuat, mengelola stres, dan mencapai tujuan. Kelima komponen tersebut adalah:

 1. Kesadaran Diri (Self-awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi kita sendiri, serta menyadari bagaimana emosi tersebut memengaruhi pikiran, tindakan, dan keputusan kita. Orang yang memiliki kesadaran diri yang baik dapat memonitor perasaan mereka dengan akurat, mengidentifikasi apa yang sedang mereka rasakan, dan memahami dampaknya pada perilaku mereka.

Sebagai contoh, seseorang yang sadar akan perasaannya dapat menghindari reaksi impulsif saat marah atau frustrasi dan bisa memilih cara yang lebih rasional untuk merespons situasi tersebut. Selain itu, kesadaran diri juga mencakup pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan pribadi, yang memungkinkan seseorang untuk bertindak lebih bijaksana dan terbuka terhadap pembelajaran dan pengembangan diri.

2. Pengelolaan Emosi (Self-regulation)

Pengelolaan emosi berkaitan dengan kemampuan untuk mengendalikan emosi, mengatur impuls, dan merespons dengan cara yang konstruktif. Ini adalah keterampilan untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, serta kemampuan untuk mengelola perasaan seperti kemarahan, kecemasan, atau frustrasi agar tidak mengganggu kinerja atau hubungan.

Goleman menekankan pentingnya pengelolaan emosi yang baik dalam konteks profesional. Misalnya, dalam menghadapi tenggat waktu yang ketat atau tekanan dari atasan, seseorang yang dapat mengatur emosinya akan lebih mampu tetap fokus, berpikir jernih, dan membuat keputusan yang tepat, daripada bertindak secara emosional yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.

 3. Motivasi Diri (Self-motivation)

Motivasi diri merujuk pada kemampuan untuk mengarahkan emosi guna mencapai tujuan jangka panjang. Ini melibatkan semangat, tekad, dan kemampuan untuk tetap termotivasi meskipun menghadapi rintangan atau kegagalan. Orang dengan motivasi diri yang tinggi cenderung memiliki sikap optimis, mampu menetapkan tujuan yang jelas, serta terus berusaha meskipun menghadapi kesulitan.

Motivasi diri juga berhubungan dengan kemampuan untuk mengatasi penundaan kepuasan---kemampuan untuk tetap fokus pada tujuan jangka panjang dan mengabaikan godaan atau kenikmatan sesaat yang bisa mengalihkan perhatian. Individu yang mampu mengelola motivasi diri dengan baik akan lebih berkemampuan untuk mencapai kesuksesan, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline