Lihat ke Halaman Asli

Tania Nahwa

mahasiswa

Hubungan Penggemar K-Pop dengan Cyber Fandom

Diperbarui: 2 Januari 2022   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemajuan teknologi di seluruh dunia memudahkan kita untuk dapat mengenal dunia. Kemajuan teknologi membantu kita untuk mengetahui apa yang terjadi di negara lain. Seperti, Korea Selatan. Negara yang dikenal dengan Negeri Ginseng ini membawa pengaruh dalam dunia seni di dunia termasuk Indonesia. 

Sejak tahun 1990, industri musik Korea Selatan terus mengalami kemajuan dan dikenal dengan Korean Pop atau lebih singkatnya K-Pop. K-Pop yang semula hanya trot dan ballat ini terus berkembang, seperti rap, techno, dan rock. K-Pop juga terkenal dengan banyaknya boyband dan girlband yang memikat banyak kalangan. Industri K-Pop ini menjadi salah satu sub-sektor hiburan yang membantu meningkatkan perekonomian Korea Selatan.

Maraknya boyband dan girlband K-Pop ini menimbulkan banyak fandom. Fandom merupakan sekumpulan atau sekelompok orang yang memiliki kesukaan yang sama. 

Misalnya adalah girlgroup BLACKPINK, maka fandomnya adalah BLINK. Lalu cyber adalah sesuatu yang berhubungan dengan sistem komputer. Sehingga, cyber fandom adalah sekumpulan orang yang memiliki kesukaan yang sama bertemu secara virtual dan membentuk komunitas virtual.

Cyber fandom ini tersebar hampir di seluruh media sosial. Hadirnya K-Pop di Indonesia disebut dengan K-Pop wave. K-Pop wave adalah sebutan untuk negara yang menerima budaya Korea. K-Pop wave ini terjadi sejak tahun 2011. Kala itu, ada program mingguan televisi yang menampilkan boyband atau girlband Korea. Hal ini yang menyebabkan masyarakat menyukai boyband dan girlband Korea.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cyber fandom K-Pop terbesar di dunia. Biasanya penggemar K-Pop ini disebut dengan K-Popers atau K-Pop Lovers. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya penampilan boyband atau girlband di saluran televisi Indonesia. Banyak dari aplikasi belanja online dan produk-produk kecantikan menggunakan boyband atau girlband Korea sebagai brand ambassador mereka. 

Selain itu, cuitan mengenai K-Pop di twitter pada rentang waktu Juli 2020 - Juli 2021 ada sebanyak 7,5 miliar dan Indonesia menempati posisi keempat dalam jumlah terbanyak. Kebudayaan K-Pop juga membawa pengaruh besar di Indonesia. Misalnya, dalam hal berpakaian. Saat ini, kalangan muda mendapatkan inspirasi dalam berpakaian saat melihat personel boyband atau girlband Korea yang mereka suka.

Media sosial merupakan sarana penting bagi cyber fandom. Dengan adanya media sosial, cyber fandom dapat menemukan orang-orang yang memiliki kesukaan yang sama, bertukar cerita atau informasi maupun berkomunikasi. Dengan adanya cyber fandom, informasi mengenai K-Pop akan mudah tersalurkan dengan cepat. 

Akan tetapi, cyber fandom juga bisa menimbulkan masalah. Seperti, ujaran kebencian yang ditulis di media sosial. Dikarenakan cyber fandom dapat bersifat anonim, beberapa oknum dapat dengan mudah untuk memberikan ujaran yang bersifat negatif. Lalu, cyber fandom ini bisa menimbulkan perpecahan. 

Seperti, fandom dari A memberikan suatu ujaran kebencian terhadap boyband atau girlband yang tidak disukai. Lalu, fandom dari boyband atau girlband tersebut tidak menerimanya. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan dalam negeri karena masalah yang seharusnya tidak menjadi besar akan menjadi besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline