Di hutan yang sunyi, aku berdiri sendiri,
Bersama Bono, sahabat sejati.
Bulu cokelatnya, mata berbinar ceri,
Kawan sejalan, di hari-hari gembira dan sepi.
Musim kemarau datang, mengeringkan hati,
Makanan hilang, harapan pun mati.
Perut lapar menggema, tak ada lagi yang pasti,
Bono terbaring lemah, akhirnya tiba saat ini.
Dengan tangan gemetar, pilihan pun kubiarkan,
Mengorbankan sahabat, untuk bisa bertahan.