Lihat ke Halaman Asli

intania sahara

Intania Sahara

Lokananta, Titik Nol Musik Indonesia

Diperbarui: 16 September 2017   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Control Room Studio Lokananta

Solo, Berjalan memasuki  setiap ruang dan sudut  Lokananta seperti kembali kedalam lorong waktu. Bangunan berdesain kayu  berwarna putih perpaduan coklat tanah berada di Jalan Achmad Yani 387,  Solo, Jawa Tengah.

Nama Lokananta terbentang di bawah Sang Bendera Merah  Putih sejenak akan membawa kita ke dalam sejarah musik di Indonesia di  era kejayaanya.Awalnya studio Rekaman ini diinisiasi oleh musisi  legendaris yang terkenal dengan ciptaan lagu Di Bawah Sinar Bulan  Purnama, Raden Maladi dan diresmikan oleh Menteri Penerangan era  Presiden Soekarno saat itu, Nama Lokananta dikutip dari filosofi dunia  pewayangan yang artinya gamelan milik khayangan bersuara merdu.

Setelah  itu di tahun 1961 nama Lokananta berkembang menjadi label rekaman dan   spesifik dengan genre lagu kedaerahan, pertunjukan kesenian, sampai  akhirnya dijadikan sebagai penerbit buka dan majalah. Nama - nama  besarpun dilahirkan olehnya seperti Gesang, Sam Saimun, Waldjinah, Buby  Chen, Jack Lesmana.

Diera 70 dan 80-an adalah masa kejayaan  Lokananta, ditandai dengan peralihan piringan hitam menjadi kaset pita,  namun eksistensi dan kepopuleran Lokananta redup di era 90-an, saat itu  pembajakan menyebar luas sehingga menghantam stabilitas industri musik  di Indonesia, keadaan semakin tidak kondusif saat dilengserkannya  Menteri Penerangan pada era Pemerintahan Gusdur.
Kemudian  tahun  2001, 2002 Lokananta resmi dilikuidasi oleh oleh Perum Percetakan Negara  Republik Indonesia dan  resmi memiliki kantor cabang Surakarta di tahun  2004.

Kedatangan saya di Lokanta pada Senin (4/9/2017),  disambut oleh penjaga keamanan yang berjaga di gerbang pos. saya sengaja  datang lebih awal dari jadwal wawancara sehingga memiliki waktu yang  lebih banyak mengambil dokumentasi.

Sudah  siapkah untuk masuk ke dalam lorong waktu bagi sejarah Industri Musik  Indonesia? atau kembali menyaksikan mahakarya musik Indonesia di masa  kejayaannya?

Proses produksi piringan hitam

Suasana  hening, sepi dan tenang begitu terasa ketika masuk ke lorong pertama  Lokananta, pandangan saya tertuju kepada setiap gambar, piringan hitam  dan sederet penghargaan di masa kejayaanya yang tertapi rapi di setiap  sudut ruang.

Pak Tikno sedang asik menyiram pekarangan rumput hijau mengalihkan senyumnya

Awalnya saya menuju ke ruang museum, disana terdapat  jejeran mesin -mesin seperti mesin pemotong pita, quality control,  pattern generator, VHS Video Recorder, power amplifer dan beberapa VHS  (Video Home System) seperti Taman Mini Indonesia Indah, Odessa,  Kethoprak, 2.M.D Gelora Cinta.

dokumentasi pribadi

Ruangan  selanjutnya adalah ruang arsip Vinyl yang menyimpan kurang lebih 3000  piringan hitam yang terdiri dari berbagai genre seperti keroncong, pop,  daerah, melayu, religi, wayang, nasional.

Salah satu Mahakarya  terbaiknya adalah Perjalanan Sejarah Bangsa yang terekam di master pita  "Pidato Proklamasi dan Vinyl versi 3 stanza "Indonesia Raya"

Ruang vinyl

Pengujung  diberi kesempatan mendengarkan koleksi Pidato Proklamasi, dan Indonesia  Raya versi instrument 3 stanza, di ruang mastering.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline