Lihat ke Halaman Asli

Tania Herlinda

taniahrlnda

Apakah Media Televisi Akan Sanggup Melawan Disrupsi Teknologi?

Diperbarui: 31 Mei 2021   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teori disrupsi pertama kali dikenalkan oleh Clayton M Christensen yang merupakan seorang profesor Harvard Business School, Amerika Serikat. Disrupsi sendiri memiliki pengertian yaitu 'perubahan' perubahan pasar lama industry dan teknologi untuk menghasilkan teknologi yang lebih praktis dan efisien.

Menurut saya cara Media TV mempertahankan eksistensinya adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi yang ada juga, maksudnya gimana? Media TV bisa melakukan live streaming di website agar bisa diakses melalui smart phone, pc, laptop, atau perangkat pintar lainnya.

Saya setuju dengan pendapat dari Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo yang menyatakan bahwa media digital masih jauh untuk menggantikan posisi puncak yang saat ini dipegang oleh media televisi. Kenapa? Karena Media digital belum melewati TV dari segi audiens atau revenue. Berdasarkan data yang ada, porsi iklan di media televisi masih mendominasi sekitar 60 persen sedangkan media digital hanya 20 persen.

Media Televisi tidak benar -- benar ditinggalkan. Seperti dalam laporan yang dikeluarkan oleh We Are Social yang menyatakan bahwa massyarakat global memang lebih banyak untuk menghabiskan waktunya di media digital dibanding media televisi. Seperti dalam laporan pada bulan Januari 2020 yang lalu, We Are Social mendapatkan hasil riset yaitu massyarakat dunia menghabiskan 6 jam 43 menit untuk berselancar di media digital sedangkan untuk media televisi hanya 3 jam 18 menit. Tapi 3 jam tersebut tidak murni serratus persen dari media televisi, hal tersebut mencakup konten tv streaming serta penggunaan perangkat selain televisi juga bisa terjadi.

Beralihnya kebiasaan massyarakat yang menonton televisi dengan smartphone atau pun laptop membuat rating TV menurun. Sehingga rating yang diagungkan di industry televisi kini tidak lagi menjadi patokan, karena generasi muda atau biasa disebut generasi millennials tidak hanya mengandalkan media televisi untuk mendapatkan informasi

Media televisi harus memiliki fokus pada segmentasi tertentu dan harus bisa menentukan siapa audiens mereka. Dengan begitu maka penikmat televisi akan stabil karena mereka bisa dengan nyaman menonton program sesuai segmentasi yang disajikan oleh media televisi. Selain itu media televisi juga sebaiknya melakukan Push & Pull Strategy, apa itu push & pull strategy ? hal tersebut adalah teknik untuk mencari dan menarik audiens di era digital. Sebelum melakukannya, kita harus riset terlebih dahulu, seperti apa saja aplikasi yang sering dibuka oleh massyarakat kita? Setelah meriset hal tersebut, hal yang keluar adalah aplikasi facebook, Instagram, line, twitter dan lain sebagainya. Sebagai media, tugas kita adalah muncul dimanapun channel yang mereka ada, kita hadir di channel tersebut.

Dalam membuat sebuah informasi, yang terpenting adalah kebenarannya. Durasi yang singkat dapat memikat massyarakat luas karena dengan informasi yang padat, massyarakat lebih praktis untuk menerima informasi nya dibanding informasi dengan durasi panjang yang membuat massyarakat bingung untuk menarik kesimpulan isi dari berita tersebut. Karena para millennials suka hal -- hal yang praktis dan tidak ribet.

Media televisi memerlukan orang dengan otak kanannya bagus, karena orang dengan otak kanan yang bagus biasanya mereka adalah orang yang kreatif dan juga memiliki kemampuan untuk membaca psikologis dengan baik yang mana hal tersebut merupakan unsur penting Ketika ingin membuat suatu konten. Akan tetapi media televisi juga memerlukan orang dengan otak kiri yang bagus juga untuk membaca data, apakah 'konten' yang dibuat oleh orang yang otak kanan nya bagus menjanjikan untuk menangkap perhatian para millennials? . Maka dari itu media televisi haruslah memiliki staf dengan otak kanan dan kiri yang bagus, karena Kerjasama antara mereka diperlukan untuk dapat meningkatkan perhatian dari para millennials. Selain kinerja otak yang baik, media televisi juga memerlukan staf yang sesuai passion. Karena para penonton bisa merasakan apakah sebuah 'konten' tersebut dibuat dengan hati yang tulus atau tidak? Semakin 'konten' yang dibuat dengan tulus, maka konten tersebut semakin nyaman untuk dinikmati / ditonton.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline