Ramadhan tiba, ramadhan tiba... Sejak SD saya sudah merasakan bahwa Ramadhan adalah bulan pembinaan, bulan pembiasaan yang diisi dengan pesantren kilat di sekolah. Juga sibuk mengisi buku kegiatan ramadhan dimana setiap ibadah dicatat mulia dari sholat, mengaji sampai mendengarkan khutbah.
Ternyata saya masih dapat merasakan pembinaan itu di awal ramadhan tahun ini dengan mengikuti Kajian Islam Selama Sepekan(KISS) yang diselenggarakan suatu majelis taklim yang sangat produktif di kota kami. Selama seminggu, setiap hari ada seorang pembicara yang memberikan penjelasan kepada kami mengenai peran Al-qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup.
Teman saya sempat mengatakan, "temanya begitu berat tapi alhamdulillah setelah mendengarkan, kami dapat mengambil pelajaran dari apa yang disampaikan."
Pernahkah Anda meragukan Al-qur'an?
Flash Back ke masa SMA...
Pada saat kelas 1 SMA, saya pernah meragukan kebenaran Al-qur'an. Suatu sore saya pernah duduk di teras masjid sekolah dan bertanya pada seorang teman
"Bagaimana kita yakin Al-qur'an bukan perkataan yang dibuat Muhammad?"
Saat itu saya sedang senang membaca terjemahan qur'an karena saya anggap lebih berarti daripada sekedar membacanya saja. Saya pikir, saya sedang berada pada tahapan berpikir kritis dalam memahami agama saat itu. Tapi karena bertanya pada sesama teman saya tak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Karena takut terjebak dalam keraguan yang semakin dalam, maka saya mulai enggan membaca terjemah Al-qur'an.
Ceramah yang disampaikan Ust. Atian Ali Da'i dalam KISS hari itu, membuat saya menyadari, bahwa keraguan yang saya alami di usia remaja saat itu, adalah awal dari lemahnya iman saya selama ini.
Ada beberapa kesalahan yang saya lakukan
1. Mengunakan logika saja dalam memahami al-qur'an