Lihat ke Halaman Asli

Tiket Pesawat kok Lebih Murah dari Kereta Api? Apa yang Salah?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak perlu menjadi seorang ahli penerbangan bila bicara masalah tiket pesawat. Orang bego pun pasti menginginkan biaya yang murah untuk transportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara. Kalo kita bicara tarif, pasti juga bicara masalah cost atau biaya yang harus dikeluarkan. Tidak ada satupun perusahaan yang mau rugi, pasti lah setiap perusahaan menginginkan mencapai laba atau keuntungan. Ketika Menhub berbicara menyatakan keheranannya bahwa tiket pesawat kok sama dengan KA, semakin jelas menyiratkan kebodohannya dan ketidakberpihakannya kepada rakyat. Seharusnya bukan tiket pesawat yang dinilai murah dan harus dinaikkan, tapi yang ditinjau itu kenapa tiket KA kok bisa mahal..?

Perusahaan maskapai penerbangan pasti sudah menghitung profit and lost nya. Tidak mungkin maskapai menetapkan tarif yang membuat rugi bagi perusahaan. Kalo rugi mungkin maskapai sudah lama kolaps. Tarif yang diterapkan maskapai LCC adalah dengan memangkas biaya-biaya yang dianggap tidak penting, misal biaya transit crew, biaya bagasi, biaya makan minum, dsb sehingga tarif bisa efisien. Namun tidak mengurangi biaya yang menyangkut safety. Sementara PT. KAI mungkin belum efisien sehingga tarif yang diterapkan tinggi. Cost yang dikeluarkan masih tinggi sehingga tarif nya pun menjadi tinggi.

Dalam hukum pasar berlaku persaingan usaha antar perusahaan sejenis (kompetitor). Semakin banyak kompetitor maka persaingan semakin tinggi. Perusahaan berlomba-lomba menggaet konsumen dengan service yang lebih baik dengan biaya yang murah. Contoh yang sudah ada saat ini misalnya perusahaan operator seluler. Tarif telpon menjadi murah bahkan ada yang GRATIS menelpon sesama operator. Apakah operator rugi..? Tentu tidak..! Yang merasakan keuntungan jelas masyarakat karena tarif menjadi murah.

Demikian juga halnya dengan perusahaan maskapai penerbangan yang tingkat persaingannya tinggi. Tentunya mereka berlomba-lomba menjaring konsumen dengan service yang baik dan tarif yang murah. Namun tentunya tetap memperhatikan aspek standard security penerbangan yang ditentukan. Sementara PT. KAI masih menjadi pemain tunggal dalam bisnis perkeretaapian alias monopoli. Tidak ada pesaing dan menguasai sepenuhnya pasar bisnis angkutan kereta api, sehingga cost sulit untuk menjadi efisien dan akhirnya tarif menjadi tinggi. Seandainya ada pesaing tentunya akan memicu PT. KAI untuk bersaing dan memangkas cost dan membuat tarif menjadi murah.

Karena tiket pesawat LCC murah maka otomatis secara hukum pasar pengguna KA banyak yang beralih ke moda transportasi pesawat. Orang menjadi lebih senang naik pesawat karena harga yang relatif gak jauh beda atau bahkan sama dengan tarif KA tetapi jauh lebih cepat sampai di tujuan. Moda transportasi KA banyak ditinggalkan masyarakat apalagi setelah Kemenhub menaikkan tarif KA termasuk kelas ekonomi. Ujung-ujungnya rakyat lah yang harus menanggung akibatnya yang harus membayar lebih mahal untuk tiket pesawat dan KA.

Tapi ketika dikritik atau diprotes, kenapa kok pendukung sebelah merasa tidak senang kemudian menyerang balik dan mengatakan bahwa tidak punya alasan yang kuat untuk mengkritik, bahkan menuduh sebagai orang yang sakit hati. Kenapa kok sakit hati..? Hehehe.. Apa hubungannya calonnya kalah kok dibilang sakit hati..? Bahkan saya sudah lupa kalo pernah ada pilpres. Bagi saya masalah itu sangat tidak penting. Siapa pun pemimpinnya kalo tidak sesuai janji-janjinya PASTI akan saya kritik, sekalipun Prabowo yang jadi presiden. Kenapa kok setiap dikritik pendukung kubu sebelah selalu menuduh sakit hati..? Hahaha.. Sungguh picik orang yang menuduh demikian.

Kebiasaan menyalahkan pemerintahan sebelumnya juga merupakan kebiasaan yang buruk yang terlihat pada pemerintahan saat ini. Para pejabat banyak yang menyalahkan pejabat sebelumnya untuk menutupi ketidakmampuannya alias mencari kambing hitam. Seharusnya atas masalah yang sudah ada sejak lama cari solusi yang terbaik dan menguntungkan bagi rakyat, bukan hanya menguntungkan kaum kapitalis dan pemilik modal saja.

Contoh kasus kenaikkan BBM Subsidi. Banyak pengamat dan para ahli memberikan saran bahwa tidak perlu menaikkan harga BBM Subsidi, karena harga minyak dunia yang rendah dan hitung-hitungannya subsidi pemerintah menjadi berkurang dengan sendirinya. Bahkan ongkos produksinya Premium menjadi turun dan pemerintah masih untung dengan harga Rp. 6.500,- per liter. Namun pemerintah tetap bersikeras menaikkan harga BBM Subsidi dan menyatakan bahwa dengan harga baru Rp. 8.500,- pemerintah masih mensubsidi sebesar Rp. 1.500 per liternya..! (Baca : http://www.tempo.co/read/news/2014/11/18/090622652/Meski-Harganya-Naik-BBM-Masih-Disubsidi-Rp-1500 )

Kini setelah harga minyak dunia semakin turun barulah kemudian diakui bahwa harga Premium sudah mengikuti harga pasar dan tidak disubsidi lagi. (gak malu pula..) Harga Premium pun diturunkan menjadi Rp. 7.600,- per liter dan kemungkinan masih bisa diturunkan lagi karena harga minyak dunia semakin merosot. Terbukti bahwa analisa para ahli ekonomi benar dan pemerintah blunder.

Namun penurunan harga BBM tidak diikuti penurunan harga-harga kebutuhan yang sudah terlanjur naik saat harga BBM dinaikkan. Harga kebutuhan pokok, sembako, transportasi, tarif angkutan umum yang sudah naik sangat sulit diturunkan kembali. Bahkan saat ini harga gas elpiji 3 kg dan TDL listrik pun mengalami kenaikan harga. Disini lah terlihat bloon nya tim ekonomi pemerintah. Seharusnya tempo hari pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM karena pasti akan memicu kenaikan harga-harga lainnya. Banyak pengamat dan ahli ekonomi sudah menyarankan demikian, namun tidak digubris oleh pemerintah. Bahkan hanya dianggap barisan sakit hati oleh pendukung fanatiknya yang sama saja oon nya.. #NgelusDengkulSambilKetawa

Yah, akhirul qalam.. kita sebagai rakyat biasa hanya bisa berusaha dan berdoa semoga kita semua diberikan rizki yang banyak dan barokah sehingga mampu menghadapi situasi ekonomi yang semakin sulit.. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline