Lihat ke Halaman Asli

Peta Kekuatan Pilgub Banten

Diperbarui: 25 September 2016   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://banten.kicaunews.com

Setelah pada 23/09/2016 kemarin menjadi akhir dari pendaftaran para calon gubernur Banten, sudah dipastikan dua pasangan yang akan bertarung pada pilgub mendatang. Pasangan WH-Andika mendaftar pada kami, 22/09/2016. Kemudian pasangan Rano Karno-Embay pada Jumat, 23/09/2016. Tentunya dengan telah terdaftarnya kedua pasangan tersebut menunjukan telah resminya pasangan WH-Andika dan Rano - Embay untuk bertarung.

Pertarungan pilgub kedepan mengartikan sudah jelas akan terjadi head to head antara WH (Demokrat)-Rano (PDIP). Tentunya hal ini menunjukan bahwa kedepan pilgub Banten akan sangat panas, melihat terjadi akan banyak irisan dalam pertarungan pilgub Banten kedepan. Salah satunya adalah kedua pasangan merupakan bagian dari politik dinasti. Rano merupakan wakil Gubernur sebelumnya, yang kemudian naik menjadi Gubernur setelah Ratu Atut terganjal kasus korupsi. Selanjutnya Andika adalah adalah anak kandung dari Ratu Atut sendiri yang mana sebelumnya menjabat sebagai Gubernur.

Analisa tersebut mengartikan bahwa kedua pasangan tidak bisa mengangkat politik dinasti karena kedua pasangan merupakan bagian dari politik dinasti. Diprediksi kedepan pertarungan yang akan terjadi adalah pertarungan gagasan untuk membangun Banten. Isu politik dinasti diprediksi tidak akan laku untuk diangkat. Pasalnya dengan mengangkat isu politik dinasti sudah dipastikan pasangan calon tersebut membawa kartu mati, karena keduanya terlibat dalam sistem politik dinasti di era sebelumnya.

Jika berbicara peta kekuatan kedua pasangan calon pasangan WH-Andika berada diatas angin. Melihat kekuatan dukungan partai WH-Andika resmi diusung oleh Demokrat, Golkar, Hanura, PKS, PAN, PKB, dan Gerindra. Jika menghitung jumlah kursi pasangan ini memiliki mayoritas kursi di DPRD Banten dengan 57 kursi yang berasal dari Golkar 15 kursi, Demokrat 8 kursi, PKS 8 kursi, Hanura 6 kursi, PAN 3 kursi, PKB 7 kursi dan Gerindra 10 Kursi. Sedangkan Rano-Embay diusung oleh PDIP, PPP, dan Nasdem. Jika dihitung jumlah kursi di DPRD Banten dengan 28 kursi yang berasal dari PDIP 15 Kursi, PPP 8 Kursi, dan Nasdem 5 Kursi. Meskipun bukan menjadi patokan kemenangan namun, bisa menjadi salah satu faktor penentu dalam pilgub Banten kedepan.

Jika melihat dari peta wilayah pertarungan sengit akan terjadi di Tangerang Raya. Dari data yang didapatkan pada 2015 komposisi kepadatan penduduk (jiwa/km) mencapai 27144 (Jiwa/Km), yang mana terdiri dari Kab. Tangerang 3331 (jiwa/km), Kota Tangerang 13299 (Jiwa/Km), dan Kota Tangerang Selatan 10484 (jiwa/km). Sedangkan lima wilayah lainnya yakni kab. Pandegelang, kab. Lebak, Kab. Serang, Kota Cilegon dan Kota Serang berjumlah 6416 (jiwa/km). Jika dibandingkan Tangerang Raya dibandingkan lima wilayah lainnya mencapai 24 % lebih besar Tangerang Raya. Tentunya hal ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi para tim pemenangan untuk dapat membuat peta pertarungan di masing-masing wilayah.

Selanjutnya jika melihat dari sebaran kelompok umur yang bisa memilih pada pilgub mendatang, dari data yang didapat sampai 2015 sejumlah 8.537.747 jiwa. Sebaran dari masing-masing klompok umur yakni usia 15-50+ tahun. Adapun sebaran masing-masing klompok umur sebagai berikut usia 15-19 tahun sebesar 1.055.372 jiwa, usia 20-24 tahun sebesar 1.076.033 jiwa, usia 25-29 tahun sebesar 1.098.783 jiwa, usia 30-34 tahun sebesar 1.081.522, usia 35-39 tahun sebesar 1.011.191 jiwa, usia 40-44 tahun sebesar 885.962 jiwa, usia 45-49 tahun sebesar 728.422 jiwa, usia 50+ tahun sebesar 1.600.462 jiwa. Dalam data yang didapatkan bahwa kelompok umur pemula merupakan yang paling banyak di provinsi Banten.

Dalam tinjauan lapangan pemilih pemula rata-rata akan menggunakan hak pilihnya. Kelompok usia 15-19 tahun merupakan potensial pemilih karena beberapa faktor pertama merupakan kelompok usia yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk masuk ke bilik suara pertama kalinya, namun di usia tersebut jargon kampanye dan ideologi belum masuk mereka cenderung akan mengikuti kelompok maupun orang tuanya. 

Selanjutnya kelompok usia potensial selanjutnya adlah 25-29 tahun usia tersebut merupakan potensial pemilih, di kelompok usia ini pemilih sudah memiliki kecenderungan dapat dijadikan sasaran kampanye, karena sudah memiliki pengetahuan yang cukup dalam urusan politik, biasanya mereka adalah mahasiswa. Basis yang mereka miliki sudah masuk kepada hal-hal kritis mulai dari visi misi sampai program-program yang akan dilakukan si calon. 

Sedangkan selanjutnya kelompok usia 35-39 merupakan kelompok usia yang sudah mulai dapat terpengaruh dengan “money politik” dan cenderung sedikit pragmatis namun, tidak seluruhnya karena masih ada yang rasional. Sedangkan usia diatas 40 tahun keatas cenderung pragmatis dan bahkan tidak jarang dari mereka yang memilih golput, karena memasuki masa kejenuhan akibat berbagai kebijakan yang pernah mereka alami pada kepemimpinan sebelumnya. Alhasil tidak jarang dari mereka yang berfikir apatis.

Kelompok usia pemilih menjadi salah satu pertimbangan yang cukup besar bagi para calon pemimpin banten kedepannya. Pasalnya setiap kelompok usia memiliki kecenderungan yang berbeda. Selain itu yang perlu diperhatikan oleh para tim sukses adalah jumlah masa mengambang dan biasanya mereka rata-rata memiliki karakteristik well economic level, well information acess, dan well education level. Kelompok ini tidak bisa dimasukan dengan money politic, black campaign dan propaganda. Mereka berfikir secara logis dan masuk akal tentang bagaimana program yang diusuang oleh masing-masing calon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline