Tiba di Bumi Kawanua, kebahagian hati tersendiri buat saya. Rencana ini sudah di bukukan beberapa bulan sebelumnya. Hmmmm…apa yang menarik di Sana? Saat pertama kali menginjakkan kaki di Bandara Sam Ratulangi Manado. Anda akan disuguhkan kemegahan gunung Klabat. Meski tak kesampaian mendaki gunung ini, saya pikir memoto gunung ini menjadi kenangan tersendiri.
[caption id="attachment_124553" align="alignleft" width="640" caption="Gunung Klabat setelah hujan"][/caption]
Gunung Klabat berada di ketinggian 2000 meter. Tepat jika anda menjatuhkan pilihan, untuk mengunjungi tempat ini. Sejenak anda bisa menikmatikesegaran udara yang dikelilingi hutan pinus. Nafas akan terasa lega setelah menyusuri tempat ini. Gunung ini hanya 18 km dari pusat kota Manado, menuju Airmadidi.
Kenapa disebut Bumi Kawanua? Menurut bacaan yang saya lahap. Kawanua di lekatkan pada suku orang Minahasa. Namun, secara umum orang Manado dapat disebut dengan warga Kawanua. Kawanua dalam bahasa Minahasa “ penduduk negeri” atau “wanua-wanua” yang bersatu. Dalam bahasa melayu tua “ diartikan pemukiman wilayah”.
Menginap dimana?
Kebetulan saya mempunyai teman-teman di kota ini. Sehingga tak sulit buat saya untuk minta di jemput sesampainya di Bandara. Sebagai seorang backpacker, tentunya saya selalu mencari tempat menginap yang murah. Bila perlu gratisan heheheh….Ini prinsip seorang backpacker yang tak boleh ketinggalan. Akhirnya saya menginap selama seminggu di kantor salah satu teman saya. Tapi, mencari hotel kelas melati tak sulit di kota ini. Secara kota ini telah mendapat julukan kota wisata pada tahun 2010. Ada hotel depan toko buku Gramedia, dengan rate 200.000 rupiah/malam. Hotelnya lumayan bersih, dan kita mendapat sarapan. Nama hotelnya Central.
Wisata Kuliner
Memasuki kota Manado, perut saya tak bersahabat lagi. Bunyi kerubukan dari perut yang lapar, kencang sekali. Sebagai orang Jakarta, sulit rasanya menemukan ikan segar. Nah, di kota yang katanya surga ikan segar itu. Saya bersama rekan menuju restoran yang menyajikan ikan tude bakar+tumis pakis+tumis bunga pepaya. Yummmmy……! Tanpa malu-malu, saking laper dan enak, saya menambah nasi. Harga di restoran ini sangat terjangkau, sekitar 30.000 rupiah untuk makan dan minum. Restoran ini terletak di jalan Boulevard Manado.
[caption id="attachment_124554" align="alignleft" width="150" caption="Bubur Tinutuan"][/caption] Mencicipi makanan lain khas Manado. Anda bisa melangkahkan kaki, menuju kawasan makanan tradisional, yang terletak di jalan Wakeke. Disini, kita akan menyaksikan sederetan warung yang menjajakan bubur Tinutuan. Bubur ini sangat sehat untuk orang hamil. Bahan-bahannya terdiri dari jagung, daun bayam, daun kemangi, daun melinjo, daun kangkung, labu kuning, ubi jalar, dan kacang panjang. Sehat bukan…? Bubur ini salah satu masakan khas Manado, ujar Angel, teman yang menemani selama di Manado.
Harganya sekitar 10.000 rupiah. Bagi anda yang menyukai kacang merah. Disini juga tersedia es kacang merah. Lengkapi perjalanan anda dengan memanjakan lidah. Kawasan ini mudah dijangkau oleh angkutan kota. Harga angkot 2000 rupiah. Ada yang uniq di kota ini, kalau mau turun, penumpang bilang “om, muka ya,” bukan “kiri, bang”. *continue*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H