Universitas Jember memiliki program untuk mahasiswa yakni kuliah kerja nyata atau biasa disebut KKN, KKN adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada daerah tertentu. Pada awal tahun 2020 virus covid mulai menyebar luas di seluruh wilayah Indonesia, yang menyebabkan kegiatan masyarakat dibatasi guna memperlambat penyebaran virus covid-19. Namun, dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat covid-19 di wilayah Jawa dan Bali tidak menghalangi mahasiswa untuk melakukan pengabdian terhadap masyarakat. Salah satu alternatif yang dilakukan oleh Universitas Jember adalah dengan mengadakan KKN Back to village yaitu melakukan pengabdian di desa tempat tinggal mahasiswa itu sendiri. salah satu pelaksanaan kuliah kerja nyata dilakukan di Desa Kajarharjo, Kalibaru, Banyuwangi.
Desa Kajarharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kalibaru Banyuwangi. Desa Kajarharjo terbagi menjadi 6 (enam) dusun yakni Dusun Gunung Raung, Dusun Jatipasir, Dusun Jatirono, Dusun Karanganyar, Dusun Krajan, dan Dusun Tegalgondo. Berdasarkan data statistic Desa Kajarharjo pada tahun 2020 memiliki jumlah penduduk sebanyak 13.537 jiwa. Wilayah Desa kajarharjo terdiri dari pemukiman warga, perkebunan, dan pertanian. Mayoritas penduduk Desa Kajarharjo bekerja Bertani dan berkebun ini disebabkan karena letak geografis Desa Kajarharjo yang terletak di Dataran tinggi. Salah satu usaha masyarakat di Desa Kajarharjo adalah Budidaya jamur tiram dan jamur kuping milik Bapak Roni. Budidaya jamur tidak memerlukan lahan yang luas, masa produksi yang cepat dan dapat berkembang biak dalam waktu yang lama. Media yang digunakan untuk memproduksi jamur tiram dan jamur kuping adalah baglog yang terbuat serbuk kayu yang dibungkus plastik berbentuk silinder, salah satu ujungnya diberi lubang, dilubang inilah jamur akan tumbuh keluar.
Bapak Roni hanya menjual hasil budidaya jamurnya ke pasar tradisional yang membuat penghasilan beliau berkurang akibat pandemi covid-19. Covid-19 yang beberapa waktu lalu semakin parah yang membuat diadakannya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat peminat jamur tiram dan jamur kuping mengalami penurunan drastis yang sangat berdampak kepada Bapak Roni. Sehingga usaha milik Bapak Roni memerlukan inovasi guna meningkatkan pendapatan. Oleh sebab itu, saya merancang berbagai inovasi untuk membantu mengembangkan usaha budidaya jamur. Inovasi yang saya lakukan adalah yang pertama, memberikan ide kemasan baru pada produk jamur tiram dan jamur kuping. Kedua, pembuatan labelling produk agar memiliki identitas sendiri. Ketiga, membuat sosial Sosial Media untuk penjualan jamur tiram dan jamur kuping secara online.
Tujuan saya merancang inovasi-inovasi tersebut guna membantu Bapak Roni untuk memiliki identitas produk, dan memperluas pemasaran melalui sosial media. Maka dari itu diharapkan program yang dibuat dapat berjalan secara berkelanjutan oleh Bapak Roni sebagai pelaku usaha budidaya jamur untuk meningkatkan pendapatan. Semoga dalam masa pandemi seperti ini, pelaku usaha budidaya jamur terus dapat menjalankan usahanya dengan beberapa program baru yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H