Lihat ke Halaman Asli

Baliho Hehehe Huek

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Opini

Baliho Hehehe Huek

Oleh:Tandi Skober

Sudahkah rahim kursi panas Tusuk Sate dibuahi sperma demokrasi 2013? Hmm, saya cuma bisa tanggapi hali ini dengan hehehe huek!Maklum, baliho-baliho Calon Gubernur Jabar itu mirip benih telur (ova) yang melekat pada dinding rahim perempuan. Cukup bertemu dengan satu benih sperma sehat dan/atau sesat akan menghasilkan 46 chromosomes yaitu 23 chromosomes berasal dari benih telur dan 23 chromosomes dari sperma. Perpaduan chromosomes itu pada setiap harinya akan membelah diri menjadi dua sel tapi menyatu dalam satu paket bernama Foetus. Dua sel yang terpenjara itulah calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat pada 2013.

Itulah sebab, kemanapun saya pergi selalu membawa kantong plastik untuk menampung muntahan isi perut. Tidak jelas mual disebabkan foetus sedang memasuki era ngidam atau gara-gara melihat baliho bergambar calon gubernur yang hehehe huek! Yang bisa dijelaskan jiwa manusia Ceribon saat menonton pilkada seperti melihat pagelaran wayang kulit berkelir hitam putih. Ada sekat! Tidak jelas siapa sang dalang, pesinden, penabuh gamelan penata kothak wayang hingga sang penyentuh lampu blencong. Peristiwa politik adalah rangkaian siluet yang tidak terjelaskan sekaligus bayang-bayang aneh poyang payingan. Beda banget dengan Wayang Golek dari tatar Sunda. Tidak disekat kelir dan lakon dihadirkan sebagai realitas holistis, transparan, sangat jelas siapa memosisikan diri sebagai siapa.

Beda daya dan gaya ejakulasi budaya seperti tertutur di atas tercermin saat saya dan Budayawan Asep Salahuddin saling adu nalar seputar pilkada. “Kangmas Tandi, hasrat rakyat Jabar itu ada dalam kearifan lokal Sang Kabayan. Sementara, saya memosisikan Sang Kantong Bolong sebagai potensi historis sekaligus tetenger ejakulasi demokrasi.

Kantong Bolong? Ya! Inilah sperma cikal bakal teologi kerakyatan khas Dermayu Cerbon yang muncrat-muncrat pada pertengahan abad ke-16. Dari berbagai literasi sejarah yang tergelapkan, Kantong Bolong paparkan bahwa hakikat demokrasi Manunggaling Kawula Gusti adalah suara kawula adalah suara gusti. Ajaran ini setali tiga uang dengan frase teolog abad pertengahan, Alcuin (735-804) Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan). Pun, bersuara sama dengan para teolog Korea yang mengembangkan konsep “minjung” (rakyat) sebagai pilar utama demokratisasi. “All political theology, should be no more and no less than folk political theology, political theology of the people.” (C.Song, 1982). Artinya: Semua teologi politik seharusnya menjadi teologi politik rakyat dan teologi politik tentang rakyat.

Teolog Kantong Bolong—bahwa hanya suara rakyat yang bisa menentukan siapa yang layak menjadi penguasa—bagi penguasa dianggap sebagai paradigma buruk sekaligus perlawanan kultural yang brutal. Tidak aneh manakala dalam pagelaran wayang kulit, sang dalang tuturkan Kantong Bolong sebagai sosok idiot bertubuh jangkung melengkung bersuara serak-serak basah berwajah aneh. Meski idiot, dalam pusaran akar rumput, hmm Kantong Bolong menjadi sang idola.

Ini tak aneh. Kenapa? Pelabuhan Chiamo (baca Cimanuk) seperti dututurkan Tome Pires dalam Summa Oriental (1513-1515) maupun Joao de Barnos dalam da Asia, Decada IV disebut sebagai pusat peradaban Sunda paling penting. Sungai Chiamo adalah tanda batas yang memotong seluruh pulaudari laut ke laut. Kepala Pelabuhandikenal sebagai penyembah berhala. Meski kerap terjadi konflik pencitraan antara manusia Jawa dan Sunda, tapi Cimanuk diyakini sebagai kota besar, pusat perdagangan dan elok dipandang mata. Di sini, pertarungan untuk mendapatkan kursi kuasa menjadi sesuatu yang hehehe huek!

Tersebab hal ini, Kesultanan Ceribon mengutus Nyi Endang Darma Ayu untuk membenahi kalbu rakyat Cimanuk. Maka peradilan kawula gusti pada 1528M pun digelar. Kantong Bolong dan 24 pengikutnya—dalam sebuah mitos disebut selawe negara—berhadapan dengan Nyi Endang Darma Ayu. Rakyat Dermayu tercengang saat Nyi Endang paparkan bahwa suara rakyat bukan suara tuhan tapi pada posisi tertentu adalah suara hantu. Mayoritas umat manusia pada zaman nabi Nuh AS menentang dakwah nabi Nuh AS,zaman nabi Isa AS menentang dakwah nabi Isa AS, juga di era nabi Muhammad SAW. Artinya, suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya.”(Al-An'aam: 116)“

Kursi kuasa tidak bisa diputus berdasarkan demokrasi Vox Populi Vox Dei atau Manunggaling Kawula Gusti khas Kantong Bolong. “Ki Sanak Kantong Balong, “ujar Nyi Endang,”Hal aneh ketika bumi dicacah kuasa dan memutuskan kerumitan dengan cara menyembah pada pendapat banyak manusia. Sebab kebanyakan manusia itu bersepakat di atas kekufuran kepada Allah SWT. Mereka merekayasa fajir dan dhalim sebagai kesepakatan yang tidak terjelaskan.”

Konon Kantong Bolong kalah berdebat! Terbetik cerita tiap kali Kantong Bolong terpuruk, iasayat urat nadi. Sayatan darah merah itulah yang menjadi cikal-bakal berdirinya pedukuhan Lemah Abang di Sekober Indramayu. Jawa Baratpun dikapling menjadi tiga wilayah bernuansa Islam. Parahyangan Selatan dalam wewenang Haji Abdullah Iman, Pasir luhur ditanganiPangeran Makdum, di luar itu sepertiBanten, Ceribon, Dermayu, Kuningan Sunda kalapa, Kerawang dan beberapa daerah lain dibawah kekuasaan Sunan Gunung Jati.

***

Adakah baliho-baliho bergambar wajahaneh 2013 alirkan sperma sejarah getah getih Kawula Gusti? Bisa jadi, benar! Mereka adalah para kantong bolongyang menuhankan rakyat, uang dan kegenitan hedonesia ria! Tentu ini sperma sesat bukan sperma sehat. Maka, kembalikan baliho pada perahu yang kelak dilarung di Sungai Cimanuk. Sebab, hanya Ahlul Halli wal ‘Aqdi yaitu kalangan ulama, ahli fiqih dan orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing yang mampu menempatkan siapa menduduki kursi apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline