Tanggal 26 Agustus 2019 Presiden mengumumkan calon Ibu Kota Indonesia yang baru yakni Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara. Salah satu alasan dipilihnya dua kabupaten tersebut adalah minim bencana alam. Benarkah demikian?
Mari kita coba melihat sejak tahun 2010 apakah benar dua kabupaten yang terletak di Propinsi Kalimantan Timur itu minim bencana alam dibandingkan daerah lain? Atau setidaknya dibandingkan dengan Jakarta.
Penajam Paser Utara
Dikutip dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kabupaten Penajam Paser Utara selama rentang 10 tahun terakhir mengalami beberapa bencana alam diantaranya banjir, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan.
Bencana yang paling banyak terjadi pada tahun 2016 dengan 19 kejadian bencana dimana 17 kejadian adalah kebakaran hutan dan lahan. Dampak yang ditimbulkan sekitar 148 ha hutan hangus terbakar.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun lalu mengakibatkan sedikitnya 19 ha lahan terbakar. Sepanjang tahun 2019 ini telah terjadi 2 kali bancana dimana keduanya adalah kebakaran hutan dan lahan yang mengakibatkan 8 ha lahan terbakar.
Hampir sepanjang tahun selalu dilanda banjir. Banjir terbesar terjadi pada tahun 2013 yang mengakibatkan 1 orang meninggal dunia, 2.009 orang mengungsi dan 794 ha sawah terendam. Banjir yang terjadi tahun 2015 sedikitnya merendam 25 ha sawah penduduk.
Tahun 2017 dari 8 kejadian bencana, 7 kejadian berupa banjir yang mengakibatkan 933 orang mengungsi, 245 rumah terendam dan merusak 25 ha sawah. Banjir yang terjadi tahun lalu juga mengalami banyak kerugiran. Sebanyak 1.496 orang mengungsi dan 329 unit rumah terendam.
Kutai Kertanegara
Kabupaten ini sepanjang tahun selalu dilanda banjir. Jika kita amati sejak tahun 2010 banjir terbesar terjadi pada tahun 2013. 1 orang meninggal dunia, 19.672 orang mengungsi, 42.142 rumah terendam, 1 unit fasilitas kesehatan rusak, 25 unit fasilitas peribadatan rusak, 44 unit fasilitas pendidikan rusak dan 4 ha sawah terendam.